Skip to Content
Loading...
Nur Imamah
Nur Imamah
Online
Halo 👋
Ada yang bisa dibantu?

Menyikapi siswa broken home di sebuah sekolah



Siswa sebuah sekolah memiliki latar belakang yang berbeda. Ada dari kalangan ekonomi menengah keatas, menengah kebawah, ataupun kurang mampu. Ada dari kalangan keluarga harmonis, ada yang broken home (berantakan). Kondisi keluarga berantakan bisa disebabkan beberapa kondisi misal perceraian bapak -ibu, salah satu orangtua meninggalkan keluarga tidak peduli dengan keluarga, orangtua kerja diluar kota, yang anaknya dititipkan di nenek atau kakek. Kondisi ini menyebabkan siswa menjadi bermasalah di sekolah misal siswa malas belajar dirumah, malas berangkat sekolah, pergaulan bebas, minuman keras. Jika kondisi ini dibiarkan maka akan membawa dampak buruk kepada sekolah. Misal siswa bermasalah akan mengajak siswa lain untuk bertindak melanggar tata tertib sekolah. Lantas bagaimana menyikapi siswa broken home ?

Membantu siswa broken home agar tetap semangat bersekolah membutuhkan empati, konsistensi, dan dukungan emosional. Berikut beberapa cara yang dapat dilakukan:

1. Bangun hubungan yang aman dan penuh kepercayaan. Jadilah sosok dewasa yang bisa dipercaya. Dengarkan tanpa menghakimi dan tunjukkan bahwa Anda peduli, meski hanya lewat perhatian sederhana.

2. Berikan dukungan emosional secara konsisten. Ucapkan kata-kata positif, semangati saat mereka lesu, dan bantu mereka merasa dihargai dan mampu, meskipun keadaan keluarga sulit.

3. Libatkan siswa dalam kegiatan positif di sekolah. Ajak bergabung dalam ekstrakurikuler, kelompok belajar, atau kegiatan sosial agar mereka merasa memiliki tempat dan tujuan.

4. Berikan motivasi melalui kisah inspiratif. Ceritakan tokoh atau orang sukses yang lahir dari kondisi keluarga tidak utuh, agar siswa tahu bahwa masa depan tetap bisa cerah.

5. Kolaborasi dengan guru BK atau konselor sekolah. Jika memungkinkan, arahkan siswa untuk mendapat bimbingan dari konselor yang terlatih menangani masalah keluarga dan psikologis.

6. Jangan perlakukan mereka berbeda. Jangan menunjukkan rasa kasihan berlebihan atau membeda-bedakan, karena hal ini bisa membuat mereka merasa semakin terasing.

7. Dukung pencapaian akademik dan pribadi mereka. Beri mereka tanggung jawab kecil yang bisa mereka selesaikan. Keberhasilan kecil akan membangun rasa percaya diri dan semangat belajar.

Guru memiliki peran penting dalam mendampingi siswa broken home agar tetap tumbuh dan berkembang dengan baik di sekolah. Berikut beberapa cara guru dapat memperlakukan siswa broken home:

1. Bersikap Empatik dan Peka. Pahami bahwa siswa mungkin menghadapi tekanan emosional di rumah. Jangan buru-buru menilai perilaku mereka sebagai “nakal” atau “malas” tanpa melihat latar belakangnya.

2. Ciptakan Lingkungan Aman dan Nyaman. Bangun suasana kelas yang mendukung dan bebas dari bullying. Buat mereka merasa diterima dan dihargai.

3. Berikan Dukungan Emosional. Tawarkan ruang untuk mereka berbicara jika mau, dan dengarkan tanpa menghakimi. Kadang, perhatian sederhana dari guru sangat berarti bagi mereka.

4. Bangun Hubungan yang Positif. Jadilah figur yang bisa mereka percaya. Sapa dengan ramah, beri motivasi, dan tunjukkan bahwa Anda peduli terhadap perkembangan mereka.

5. Fleksibel dan Pengertian terhadap Kondisi Belajar. Jika siswa sulit konsentrasi atau menunda tugas, cobalah mencari tahu penyebabnya sebelum memberi hukuman. Berikan waktu tambahan bila diperlukan.

6. Libatkan Konselor Sekolah. Bila perlu, arahkan siswa ke konselor agar mendapat pendampingan lebih profesional.

7. Hindari Mengungkit Masalah Pribadi di Depan Umum. Jaga privasi mereka dan hindari membicarakan kondisi keluarga mereka di depan teman-temannya.

Berikut adalah cara sekolah menangani siswa broken home secara efektif dan manusiawi:

1. Menyediakan Layanan Bimbingan dan Konseling (BK). Sekolah perlu memiliki guru BK yang kompeten dan mudah diakses oleh siswa. Konselor berperan sebagai tempat curhat dan pendamping psikologis yang membantu siswa mengatasi masalah pribadi dan emosi.

2. Menciptakan Lingkungan Sekolah yang Aman dan Inklusif. Sekolah harus membangun budaya saling menghormati, tanpa diskriminasi. Siswa broken home harus merasa diterima dan dihargai, seperti siswa lainnya.

3. Pelatihan Guru untuk Peka terhadap Masalah Siswa. Guru-guru perlu diberi pelatihan untuk mengenali tanda-tanda siswa yang mengalami tekanan mental akibat masalah keluarga, agar dapat memberikan respon yang tepat dan penuh empati.

4. Mengembangkan Program Mentoring atau Pendampingan. Sekolah bisa menciptakan program mentoring di mana siswa mendapatkan dukungan dari guru atau kakak kelas, agar mereka memiliki panutan dan merasa tidak sendiri.

5. Mengaktifkan Ekstrakurikuler sebagai Sarana Penyaluran Emosi.  Kegiatan seperti seni, olahraga, atau organisasi sekolah bisa menjadi cara positif bagi siswa broken home untuk mengekspresikan diri dan membangun kepercayaan diri.

6. Membangun Komunikasi yang Baik dengan Orang Tua atau Wali. Walaupun keluarga siswa tidak utuh, sekolah tetap perlu menjalin komunikasi aktif dengan orang tua atau wali, agar perkembangan siswa bisa terpantau bersama.

7. Memberikan Perlakuan yang Adil dan Tanpa Stigma. Sekolah harus menghindari pelabelan atau perlakuan khusus yang merugikan. Semua siswa berhak mendapatkan perlakuan setara dan penuh hormat.

Itulah tadi upaya upaya siswa, guru, maupun pihak sekolah dalam rangka memberikan kenyamanan bagi siswa broken home dengan harapan tidak menggaunggu kenyamanan sekolah. 

Share

Related Posts

Post a Comment

Confirmation of Closure

Are you sure you want to close this video playback?