- Posted by : Joko Mulyono
- on : May 05, 2025
Mendampingi
anak belajar di rumah saat mengalami kesulitan belajar bukanlah hal yang mudah,
terlebih ketika anak sulit memahami materi pelajaran. Kegiatan belajar mengajar
(KBM) di sekolah yang belum maksimal membuat pemahaman anak terhadap materi
menjadi terbatas. Di sisi lain, mencari les privat maupun kelompok juga bukan
hal yang mudah, baik karena keterbatasan biaya, waktu, maupun ketersediaan
tenaga pengajar. Anak pun kerap menunjukkan kurangnya minat untuk
mengeksplorasi materi secara mandiri, sering kali disebabkan oleh rasa malas
atau tidak terbiasa belajar secara aktif. Situasi ini diperparah dengan
kesibukan anggota keluarga, yang sering kali terlibat dalam aktivitas masing-masing
seperti bermain HP, menonton TV, bernyanyi, bersih-bersih, atau beristirahat,
sehingga pendampingan belajar tidak bisa dilakukan secara optimal.
Setelah pulang sekolah, banyak anak yang
lebih memilih untuk bermain atau beraktivitas bebas
Setelah pulang
sekolah, banyak anak yang lebih memilih untuk bermain atau beraktivitas bebas
tanpa jeda istirahat yang cukup. Akibatnya, ketika tiba waktunya untuk belajar
di rumah, anak sering kali merasa kelelahan, mengantuk, atau bahkan tertidur.
Kondisi ini membuat mereka sulit untuk berkonsentrasi dan menyerap materi
pelajaran dengan baik. Pola ini, jika terus berlangsung, dapat berdampak pada
menurunnya kualitas belajar dan prestasi akademik. Oleh karena itu, perlu
adanya pengaturan waktu dan kebiasaan yang seimbang antara bermain,
beristirahat, dan belajar agar anak tetap bugar dan fokus saat belajar di
rumah.
Keterbatasan
media belajar seperti buku panduan/LKS, HP, dan jaringan internet
Keterbatasan
media belajar seperti buku panduan/LKS, HP, dan jaringan internet saat belajar di rumah dapat berdampak cukup
besar terhadap efektivitas pembelajaran. Berikut penjelasan dari masing-masing
keterbatasan:
1. Buku
Panduan/LKS (Lembar Kerja Siswa): Tidak semua siswa memiliki akses ke buku atau
LKS yang sesuai kurikulum. Tanpa panduan yang jelas, siswa kesulitan memahami
materi secara mandiri. Guru juga kesulitan memberikan tugas yang seragam dan
terstruktur.
2. HP
(Handphone):
Tidak semua
siswa memiliki HP pribadi, apalagi yang mendukung pembelajaran daring
(smartphone). HP yang digunakan bersama anggota keluarga lain membuat waktu
belajar terbatas. Kapasitas HP yang kecil bisa membatasi akses terhadap
aplikasi atau file pembelajaran.
3. Jaringan
Internet:
Daerah dengan
sinyal lemah membuat akses pembelajaran daring terganggu. Kuota internet bisa
menjadi beban biaya tambahan bagi keluarga. Koneksi yang tidak stabil
menghambat kegiatan seperti video call, streaming, atau pengunduhan materi.
Keterbatasan ini menuntut kreativitas dari guru dan dukungan dari lingkungan
sekitar agar proses belajar tetap bisa berjalan, misalnya melalui pembelajaran
berbasis modul cetak, radio, atau kunjungan belajar terbatas.
Pola pendampingan orangtua bagi anak yang
kesulitan belajar
Pola
pendampingan orangtua memegang peranan penting dalam membantu anak yang
mengalami kesulitan belajar. Orangtua diharapkan hadir tidak hanya secara
fisik, tetapi juga secara emosional dan psikologis, dengan menciptakan suasana
yang nyaman dan suportif bagi anak. Pendampingan dapat dilakukan dengan cara
mendengarkan keluhan anak, membantu menjelaskan materi, menyediakan waktu
khusus belajar bersama, serta memberi motivasi dan apresiasi atas usaha anak.
Selain itu, penting bagi orangtua untuk bekerja sama dengan guru, memantau
perkembangan anak, dan tidak membebani anak dengan ekspektasi berlebihan. Pola
pendampingan yang tepat dapat meningkatkan rasa percaya diri dan semangat
belajar anak secara signifikan.