- Posted by : Joko Mulyono
- on : June 16, 2025
Di era serba digital seperti saat ini, listrik telah
menjadi kebutuhan utama dalam setiap aktivitas manusia, termasuk di lingkungan
sekolah. Sayangnya, pasokan listrik dari PLN tidak selalu bisa diandalkan.
Pemadaman listrik secara tiba-tiba, yang sering kali tidak disertai
pemberitahuan terlebih dahulu, masih kerap terjadi di berbagai wilayah. Di
lingkungan sekolah, kondisi ini bukan sekadar ketidaknyamanan. Pemadaman
listrik bisa melumpuhkan seluruh aktivitas penting mulai dari layanan
administrasi, kegiatan pembelajaran praktik, hingga penyelenggaraan acara besar
di aula.
Bagi sekolah, listrik bukan hanya penerangan. Ia
adalah sumber daya utama yang menghidupkan komputer bagian Tata Usaha,
menggerakkan mesin praktik siswa jurusan teknik, dan menjadi penopang berbagai
kegiatan ekstrakurikuler serta event sekolah. Ketika listrik padam, semuanya
ikut terhenti. Bayangkan sebuah sekolah yang sedang menggelar pendaftaran siswa
baru secara daring, namun tiba-tiba komputer mati karena listrik padam. Atau
aula sekolah yang tengah disewa untuk pelatihan masyarakat, namun tak bisa
digunakan karena tidak ada pasokan listrik. Bahkan kegiatan praktik siswa
jurusan teknik kendaraan, listrik, atau pendingin bisa batal total karena
peralatan tak bisa digunakan.
Layanan pendidikan yang baik menuntut kesiapan menghadapi berbagai situasi.
Dalam konteks ini, listrik bukan hanya soal kenyamanan, tapi bagian dari
infrastruktur pendidikan yang harus dipastikan keberlangsungannya. Salah satu
solusi yang dapat diambil oleh sekolah secara mandiri adalah dengan menyediakan
genset portable—sebuah unit pembangkit listrik cadangan yang dapat digunakan
secara fleksibel kapan pun dibutuhkan.
Pemadaman listrik berdampak langsung pada berbagai lini operasional
sekolah. Pertama-tama, bagian administrasi atau Tata Usaha adalah sektor yang
paling rentan. Komputer, printer, dan jaringan internet yang menjadi tulang
punggung layanan TU sangat bergantung pada listrik. Tanpa listrik, proses
pendaftaran, pencetakan surat, pelaporan data ke dinas, dan berbagai urusan
administratif akan terhenti total. Bahkan data penting bisa terancam hilang
jika tidak sempat disimpan secara sistematis.
Aula sekolah yang kerap disewakan untuk acara eksternal juga ikut
terdampak. Banyak sekolah menjadikan aula sebagai sumber pendapatan tambahan
dengan menyewakannya untuk acara seperti seminar, pelatihan, hingga pernikahan.
Namun tanpa pasokan listrik yang stabil, reputasi aula sebagai tempat representatif
bisa runtuh. Acara yang seharusnya berjalan lancar bisa berubah kacau hanya
karena sound system atau lampu tidak menyala.
Di sisi lain, jurusan teknik seperti Teknik Kendaraan Ringan Otomotif
(TKRO), Teknik Instalasi Tenaga Listrik (TITL), atau Teknik Audio Video (TAV)
juga sangat bergantung pada aliran listrik dalam kegiatan praktik. Uji hasil
pekerjaan siswa, pengoperasian mesin, hingga proses simulasi industri akan
gagal dilakukan jika listrik padam. Target pembelajaran pun menjadi tidak
tercapai.
Masalah yang kerap muncul lainnya adalah biaya tinggi sewa genset ketika
sekolah menyelenggarakan event besar seperti karnaval, pentas seni, atau
perayaan hari besar keagamaan. Setiap tahun, sekolah harus menyisihkan anggaran
tambahan hanya untuk menyewa genset dari luar. Padahal, biaya sewa ini jika
dikumpulkan selama beberapa tahun bisa digunakan untuk membeli satu unit genset
portable milik sekolah sendiri.
Untuk menjawab semua permasalahan ini, pengadaan genset portable menjadi
langkah strategis yang sangat layak dipertimbangkan. Genset jenis ini memiliki keunggulan dalam
fleksibilitas, mobilitas, dan efisiensi. Sekolah dapat memilih kapasitas genset
sesuai dengan kebutuhan. Untuk operasional TU, cukup genset kecil dengan daya
menengah. Untuk aula dan kegiatan
pentas seni, bisa digunakan genset dengan kapasitas sedang. Sementara untuk
mendukung praktik jurusan teknik, genset portable dengan roda akan memudahkan
pemindahan dari satu ruangan ke ruangan lain.
Pengadaan genset tidak berhenti pada pembelian. Sekolah
juga perlu memastikan bahwa perangkat ini dapat dioperasikan dan dirawat dengan
benar. Oleh karena itu, pelatihan pengoperasian genset menjadi tahap penting.
Guru, staf TU, dan siswa dari jurusan teknik dapat dilatih langsung oleh
teknisi profesional. Materi pelatihan
mencakup cara menyalakan dan mematikan genset, prosedur keselamatan kerja,
serta perawatan harian dan berkala. Dengan demikian, semua pihak yang terlibat
memiliki keterampilan dasar untuk memastikan genset berfungsi optimal kapan pun
dibutuhkan.
Langkah selanjutnya adalah menyusun standar
operasional prosedur (SOP) untuk penggunaan dan perawatan genset. Ini termasuk
logbook penggunaan, jadwal servis rutin, serta daftar suku cadang yang perlu
disiapkan. Perawatan berkala sangat penting agar genset tetap dalam kondisi
prima dan tidak mengalami kerusakan saat dibutuhkan mendadak.
Setelah pengadaan genset portable dilakukan dengan
tepat, hasilnya bisa langsung dirasakan. Pelayanan administrasi tetap berjalan
lancar meskipun listrik padam. Pendaftaran siswa baru tidak terganggu, dan
laporan ke dinas tetap bisa dikirim tepat waktu. Aula sekolah menjadi lebih
representatif dan terpercaya untuk disewa oleh masyarakat. Tidak ada lagi
kekhawatiran acara terganggu hanya karena pasokan listrik PLN tidak stabil.
Di bidang pembelajaran, siswa jurusan teknik
mendapatkan pengalaman praktik yang lebih maksimal. Mereka tidak harus menunda uji coba hanya karena listrik
mati. Hal ini tentu berdampak pada peningkatan kualitas lulusan karena
keterampilan praktik menjadi lebih kuat. Secara keuangan, sekolah juga lebih
hemat karena tidak perlu lagi menyewa genset untuk setiap event besar.
Investasi di awal pengadaan genset portable memberikan manfaat jangka panjang
dan berkelanjutan.
Contoh keberhasilan implementasi ini bisa dilihat di SMK Muhammadiyah 2
Cepu. Sekolah ini telah menggunakan genset portable untuk mendukung kegiatan
administrasi, praktik siswa, hingga pentas seni. Guru dan staf menyampaikan
bahwa genset portable membantu mereka mempertahankan ritme kerja tanpa
terganggu mati listrik. Bahkan, sekolah melaporkan penurunan biaya operasional
hingga 30 persen dalam satu tahun karena tidak lagi menyewa genset dari luar.
Namun demikian, tantangan tetap ada. Salah satunya adalah ketersediaan anggaran awal. Membeli
genset tentu memerlukan dana yang tidak sedikit. Selain itu, tidak semua
sekolah memiliki SDM yang paham tentang pengoperasian genset. Kesadaran akan
pentingnya genset juga masih rendah di beberapa sekolah yang belum pernah
terdampak parah oleh pemadaman listrik.
Untuk mengatasi ini, sekolah dapat menjalin kerjasama
dengan dunia usaha dan alumni yang peduli terhadap pengembangan sekolah. Alumni
bisa diajak berkontribusi dalam pengadaan genset sebagai bagian dari bentuk
pengabdian. Guru, siswa, dan orang tua juga bisa dilibatkan dalam proyek
kolaboratif pengadaan dan perawatan genset. Bahkan, rencana pengadaan genset
portable bisa dimasukkan dalam proposal pengembangan sarana prasarana sekolah
yang diajukan ke dinas atau mitra pendukung pendidikan.
Listrik mungkin padam, tapi semangat belajar dan
layanan pendidikan tidak boleh ikut padam. Sekolah harus siap menghadapi
kondisi tak terduga dengan langkah-langkah antisipatif yang bijak. Pengadaan
genset portable bukan hanya soal alat, tetapi tentang kesiapan, kemandirian,
dan komitmen untuk menjaga mutu pelayanan pendidikan.
Mari kita jadikan genset portable sebagai bagian dari
infrastruktur strategis sekolah. Ayo kita wujudkan sekolah yang tangguh,
adaptif, dan tetap menyala di tengah berbagai tantangan. Semoga kesadaran ini
tumbuh di banyak sekolah, dan menjadikan pendidikan kita lebih siap dalam
segala kondisi.
Penulis : Joko Mulyono, S.Pd, Guru Listrik SMK
Muhammadiyah 2 Cepu