Skip to Content
Loading...
Nur Imamah
Nur Imamah
Online
Halo 👋
Ada yang bisa dibantu?

Genset Portable: Solusi Cerdas Mengatasi Pemadaman Listrik di Sekolah

 


 

Di era serba digital seperti saat ini, listrik telah menjadi kebutuhan utama dalam setiap aktivitas manusia, termasuk di lingkungan sekolah. Sayangnya, pasokan listrik dari PLN tidak selalu bisa diandalkan. Pemadaman listrik secara tiba-tiba, yang sering kali tidak disertai pemberitahuan terlebih dahulu, masih kerap terjadi di berbagai wilayah. Di lingkungan sekolah, kondisi ini bukan sekadar ketidaknyamanan. Pemadaman listrik bisa melumpuhkan seluruh aktivitas penting mulai dari layanan administrasi, kegiatan pembelajaran praktik, hingga penyelenggaraan acara besar di aula.

Bagi sekolah, listrik bukan hanya penerangan. Ia adalah sumber daya utama yang menghidupkan komputer bagian Tata Usaha, menggerakkan mesin praktik siswa jurusan teknik, dan menjadi penopang berbagai kegiatan ekstrakurikuler serta event sekolah. Ketika listrik padam, semuanya ikut terhenti. Bayangkan sebuah sekolah yang sedang menggelar pendaftaran siswa baru secara daring, namun tiba-tiba komputer mati karena listrik padam. Atau aula sekolah yang tengah disewa untuk pelatihan masyarakat, namun tak bisa digunakan karena tidak ada pasokan listrik. Bahkan kegiatan praktik siswa jurusan teknik kendaraan, listrik, atau pendingin bisa batal total karena peralatan tak bisa digunakan.

Layanan pendidikan yang baik menuntut kesiapan menghadapi berbagai situasi. Dalam konteks ini, listrik bukan hanya soal kenyamanan, tapi bagian dari infrastruktur pendidikan yang harus dipastikan keberlangsungannya. Salah satu solusi yang dapat diambil oleh sekolah secara mandiri adalah dengan menyediakan genset portable—sebuah unit pembangkit listrik cadangan yang dapat digunakan secara fleksibel kapan pun dibutuhkan.

Pemadaman listrik berdampak langsung pada berbagai lini operasional sekolah. Pertama-tama, bagian administrasi atau Tata Usaha adalah sektor yang paling rentan. Komputer, printer, dan jaringan internet yang menjadi tulang punggung layanan TU sangat bergantung pada listrik. Tanpa listrik, proses pendaftaran, pencetakan surat, pelaporan data ke dinas, dan berbagai urusan administratif akan terhenti total. Bahkan data penting bisa terancam hilang jika tidak sempat disimpan secara sistematis.

Aula sekolah yang kerap disewakan untuk acara eksternal juga ikut terdampak. Banyak sekolah menjadikan aula sebagai sumber pendapatan tambahan dengan menyewakannya untuk acara seperti seminar, pelatihan, hingga pernikahan. Namun tanpa pasokan listrik yang stabil, reputasi aula sebagai tempat representatif bisa runtuh. Acara yang seharusnya berjalan lancar bisa berubah kacau hanya karena sound system atau lampu tidak menyala.

Di sisi lain, jurusan teknik seperti Teknik Kendaraan Ringan Otomotif (TKRO), Teknik Instalasi Tenaga Listrik (TITL), atau Teknik Audio Video (TAV) juga sangat bergantung pada aliran listrik dalam kegiatan praktik. Uji hasil pekerjaan siswa, pengoperasian mesin, hingga proses simulasi industri akan gagal dilakukan jika listrik padam. Target pembelajaran pun menjadi tidak tercapai.

Masalah yang kerap muncul lainnya adalah biaya tinggi sewa genset ketika sekolah menyelenggarakan event besar seperti karnaval, pentas seni, atau perayaan hari besar keagamaan. Setiap tahun, sekolah harus menyisihkan anggaran tambahan hanya untuk menyewa genset dari luar. Padahal, biaya sewa ini jika dikumpulkan selama beberapa tahun bisa digunakan untuk membeli satu unit genset portable milik sekolah sendiri.

Untuk menjawab semua permasalahan ini, pengadaan genset portable menjadi langkah strategis yang sangat layak dipertimbangkan. Genset jenis ini memiliki keunggulan dalam fleksibilitas, mobilitas, dan efisiensi. Sekolah dapat memilih kapasitas genset sesuai dengan kebutuhan. Untuk operasional TU, cukup genset kecil dengan daya menengah. Untuk aula dan kegiatan pentas seni, bisa digunakan genset dengan kapasitas sedang. Sementara untuk mendukung praktik jurusan teknik, genset portable dengan roda akan memudahkan pemindahan dari satu ruangan ke ruangan lain.

Pengadaan genset tidak berhenti pada pembelian. Sekolah juga perlu memastikan bahwa perangkat ini dapat dioperasikan dan dirawat dengan benar. Oleh karena itu, pelatihan pengoperasian genset menjadi tahap penting. Guru, staf TU, dan siswa dari jurusan teknik dapat dilatih langsung oleh teknisi profesional. Materi pelatihan mencakup cara menyalakan dan mematikan genset, prosedur keselamatan kerja, serta perawatan harian dan berkala. Dengan demikian, semua pihak yang terlibat memiliki keterampilan dasar untuk memastikan genset berfungsi optimal kapan pun dibutuhkan.

Langkah selanjutnya adalah menyusun standar operasional prosedur (SOP) untuk penggunaan dan perawatan genset. Ini termasuk logbook penggunaan, jadwal servis rutin, serta daftar suku cadang yang perlu disiapkan. Perawatan berkala sangat penting agar genset tetap dalam kondisi prima dan tidak mengalami kerusakan saat dibutuhkan mendadak.

Setelah pengadaan genset portable dilakukan dengan tepat, hasilnya bisa langsung dirasakan. Pelayanan administrasi tetap berjalan lancar meskipun listrik padam. Pendaftaran siswa baru tidak terganggu, dan laporan ke dinas tetap bisa dikirim tepat waktu. Aula sekolah menjadi lebih representatif dan terpercaya untuk disewa oleh masyarakat. Tidak ada lagi kekhawatiran acara terganggu hanya karena pasokan listrik PLN tidak stabil.

Di bidang pembelajaran, siswa jurusan teknik mendapatkan pengalaman praktik yang lebih maksimal. Mereka tidak harus menunda uji coba hanya karena listrik mati. Hal ini tentu berdampak pada peningkatan kualitas lulusan karena keterampilan praktik menjadi lebih kuat. Secara keuangan, sekolah juga lebih hemat karena tidak perlu lagi menyewa genset untuk setiap event besar. Investasi di awal pengadaan genset portable memberikan manfaat jangka panjang dan berkelanjutan.

Contoh keberhasilan implementasi ini bisa dilihat di SMK Muhammadiyah 2 Cepu. Sekolah ini telah menggunakan genset portable untuk mendukung kegiatan administrasi, praktik siswa, hingga pentas seni. Guru dan staf menyampaikan bahwa genset portable membantu mereka mempertahankan ritme kerja tanpa terganggu mati listrik. Bahkan, sekolah melaporkan penurunan biaya operasional hingga 30 persen dalam satu tahun karena tidak lagi menyewa genset dari luar.

Namun demikian, tantangan tetap ada. Salah satunya adalah ketersediaan anggaran awal. Membeli genset tentu memerlukan dana yang tidak sedikit. Selain itu, tidak semua sekolah memiliki SDM yang paham tentang pengoperasian genset. Kesadaran akan pentingnya genset juga masih rendah di beberapa sekolah yang belum pernah terdampak parah oleh pemadaman listrik.

Untuk mengatasi ini, sekolah dapat menjalin kerjasama dengan dunia usaha dan alumni yang peduli terhadap pengembangan sekolah. Alumni bisa diajak berkontribusi dalam pengadaan genset sebagai bagian dari bentuk pengabdian. Guru, siswa, dan orang tua juga bisa dilibatkan dalam proyek kolaboratif pengadaan dan perawatan genset. Bahkan, rencana pengadaan genset portable bisa dimasukkan dalam proposal pengembangan sarana prasarana sekolah yang diajukan ke dinas atau mitra pendukung pendidikan.

Listrik mungkin padam, tapi semangat belajar dan layanan pendidikan tidak boleh ikut padam. Sekolah harus siap menghadapi kondisi tak terduga dengan langkah-langkah antisipatif yang bijak. Pengadaan genset portable bukan hanya soal alat, tetapi tentang kesiapan, kemandirian, dan komitmen untuk menjaga mutu pelayanan pendidikan.

Mari kita jadikan genset portable sebagai bagian dari infrastruktur strategis sekolah. Ayo kita wujudkan sekolah yang tangguh, adaptif, dan tetap menyala di tengah berbagai tantangan. Semoga kesadaran ini tumbuh di banyak sekolah, dan menjadikan pendidikan kita lebih siap dalam segala kondisi.

Penulis : Joko Mulyono, S.Pd,  Guru Listrik SMK Muhammadiyah 2 Cepu

 


Share

Related Posts

Post a Comment

Confirmation of Closure

Are you sure you want to close this video playback?