Skip to Content
Loading...
Nur Imamah
Nur Imamah
Online
Halo 👋
Ada yang bisa dibantu?

Inovasi Pelatihan Mengemudi di SMK untuk Siapkan Calon Pekerja Berkualitas

 


Di tengah derasnya tuntutan dunia kerja yang semakin kompleks, keunggulan lulusan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) tidak lagi cukup jika hanya mengandalkan kompetensi utama sesuai jurusan. Dunia usaha dan industri (DUDI) kini mencari calon tenaga kerja yang tidak hanya terampil sesuai bidangnya, tetapi juga memiliki keahlian tambahan yang mendukung efektivitas operasional perusahaan. Salah satu keterampilan yang kerap menjadi nilai tambah bahkan syarat mutlak adalah kemampuan mengemudi. Di banyak perusahaan, terutama di bidang manufaktur, logistik, dan layanan lapangan, kemampuan menyetir mobil menjadi kunci efisiensi mobilitas kerja. Namun, tidak semua siswa SMK memiliki akses untuk mengembangkan keterampilan tersebut. Keterbatasan ekonomi menjadi penghalang utama bagi sebagian besar keluarga siswa, sehingga kursus mengemudi kerap menjadi hal yang tidak terjangkau. Padahal, jika keterampilan ini dimiliki sejak dini, siswa memiliki peluang lebih besar untuk diterima kerja dan berdaya saing lebih tinggi.

Kondisi ini menimbulkan tantangan serius. DUDI menginginkan pekerja yang bisa langsung bergerak, tanpa harus mengeluarkan biaya tambahan untuk pelatihan dasar seperti menyetir. Di sisi lain, para siswa SMK yang sebagian besar berasal dari keluarga menengah ke bawah belum tentu memiliki sarana, dana, atau dukungan untuk mengikuti kursus mengemudi secara mandiri. Akibatnya, ketika ada lowongan pekerjaan yang mensyaratkan kemampuan mengemudi dan kepemilikan Surat Izin Mengemudi (SIM), banyak lulusan SMK harus gigit jari karena tidak memenuhi kriteria, meski secara teknis mereka kompeten. Minimnya fasilitas pelatihan mengemudi yang disediakan sekolah juga memperparah situasi. Tidak semua SMK memiliki program khusus untuk pelatihan setir mobil, dan hanya segelintir sekolah yang sudah bermitra dengan lembaga eksternal untuk menyelenggarakan pelatihan tersebut dengan biaya terjangkau.

Kurangnya kolaborasi antara SMK dengan pihak eksternal seperti lembaga kursus mengemudi, kepolisian, atau komunitas lalu lintas membuat persoalan ini berjalan di tempat. Padahal, kebutuhan akan pengemudi muda yang terlatih terus meningkat. Ketimpangan antara permintaan dunia kerja dan kesiapan lulusan SMK dalam aspek ini harus segera dijawab dengan langkah strategis yang realistis dan aplikatif. Jika SMK ingin benar-benar menjadi solusi bagi persoalan pengangguran dan menjadi pilar pendidikan vokasi, maka keterampilan mengemudi perlu ditempatkan sebagai salah satu keahlian hidup (life skill) prioritas.

Salah satu pendekatan yang bisa ditempuh adalah mengalokasikan dana sekolah untuk membuka program ekstrakurikuler mengemudi. Program ini tidak hanya sebagai kegiatan tambahan, melainkan bagian dari strategi pembekalan kesiapan kerja siswa. Dengan membuat program ini gratis atau sangat terjangkau, lebih banyak siswa akan mendapatkan akses untuk belajar mengemudi tanpa harus membebani orang tua. Program semacam ini juga sejalan dengan semangat kurikulum merdeka yang mendorong sekolah untuk adaptif dan memberi ruang bagi pengembangan potensi siswa sesuai kebutuhan zaman.

Untuk mengefektifkan pelaksanaan, sekolah dapat memberdayakan guru atau karyawan yang memiliki kemampuan mengemudi dan SIM aktif untuk menjadi mentor. Para mentor ini dapat diberi pelatihan tambahan guna menyampaikan materi secara sistematis, terstruktur, dan mengutamakan aspek keselamatan. Keikutsertaan guru dan karyawan juga menciptakan iklim pembelajaran yang lebih dekat dan humanis, karena siswa akan lebih nyaman berlatih dengan orang yang mereka kenal. Imbal balik finansial bagi mentor juga bisa menjadi motivasi tambahan yang sehat bagi para pendidik untuk turut aktif dalam pengembangan keterampilan siswa.

Fasilitas yang tersedia di sekolah, seperti lapangan, area parkir, atau ruang terbuka lainnya, dapat dimanfaatkan sebagai arena pelatihan dasar. Sekolah tidak perlu menunggu hingga memiliki kendaraan sendiri. Kolaborasi dengan orang tua siswa atau komunitas sekitar bisa menjadi solusi sementara untuk peminjaman kendaraan latihan. Untuk aspek legalitas dan keamanan, sekolah bisa bekerja sama dengan pihak kepolisian lalu lintas setempat dalam menyelenggarakan pelatihan serta simulasi ujian praktik berkendara, sehingga siswa dapat merasakan pengalaman mendekati ujian resmi.

Tak kalah penting, kolaborasi dengan lembaga kursus setir eksternal perlu dibangun secara strategis. Sekolah dapat menjalin kerja sama dengan lembaga yang telah terakreditasi untuk memberikan pelatihan lanjutan bagi siswa yang ingin memperoleh SIM. Penyelenggaraan paket khusus dengan harga lebih murah akan membuka lebih banyak kesempatan bagi siswa untuk mengikuti kursus resmi. Di beberapa wilayah, pemerintah daerah bahkan memiliki program subsidi pelatihan mengemudi untuk pelajar, yang dapat dijadikan mitra strategis oleh sekolah dalam memperluas akses layanan.

Dengan adanya program ekstrakurikuler setir mobil yang sistematis, sekolah akan menghasilkan lulusan SMK yang memiliki nilai tambah nyata. Tidak hanya unggul di bidang akademik dan keterampilan utama, para lulusan ini juga dibekali kemampuan mengemudi yang sangat dibutuhkan di banyak sektor kerja. Siswa yang telah memiliki SIM saat lulus akan memiliki mobilitas lebih tinggi dan fleksibilitas lebih besar dalam memilih pekerjaan, baik sebagai tenaga produksi, teknisi lapangan, sales, maupun operator logistik. Kesiapan ini menjadi daya tarik tersendiri di mata perekrut kerja, sehingga memperbesar peluang kerja dan mengurangi tingkat pengangguran lulusan SMK.

Lebih jauh lagi, program ini juga dapat meningkatkan citra sekolah di mata masyarakat. Dalam proses penerimaan siswa baru, sekolah yang menawarkan program unggulan seperti pelatihan mengemudi tentu memiliki nilai jual lebih dibandingkan sekolah lain. Keluarga akan melihat bahwa sekolah benar-benar memikirkan masa depan anak-anak mereka secara menyeluruh, tidak sekadar mengejar nilai akademik. Selain itu, para guru atau karyawan yang berperan sebagai mentor juga akan merasa dihargai dan semakin bersemangat dalam menjalankan tugas pendidikan. Peran mereka tidak hanya terbatas di dalam kelas, tetapi juga menjadi bagian penting dari proses pembentukan karakter dan kemandirian siswa.

Pada akhirnya, keterampilan mengemudi bukan hanya soal bisa membawa kendaraan. Di balik setir, tersimpan nilai-nilai penting seperti tanggung jawab, kehati-hatian, perencanaan, dan pengambilan keputusan yang bijak. Semua itu adalah soft skill yang sangat dibutuhkan di dunia kerja dan kehidupan nyata. Maka, sudah saatnya SMK melihat keterampilan mengemudi sebagai investasi karier yang sangat bernilai, bukan sekadar keahlian tambahan.

Dengan strategi yang tepat, kolaborasi yang luas, dan keberanian untuk berinovasi, SMK dapat menjadi jembatan yang kuat antara kebutuhan dunia usaha dan potensi luar biasa yang dimiliki siswanya. Program ekstrakurikuler setir mobil adalah langkah nyata untuk menciptakan lulusan SMK yang lebih kompetitif, mandiri, dan siap kerja. Ini bukan mimpi yang terlalu tinggi. Ini adalah visi yang bisa dicapai dengan niat kuat, sinergi yang terbangun, dan keyakinan bahwa setiap siswa berhak mendapatkan bekal terbaik untuk menatap masa depan.

Penulis : Joko Mulyono, S.Pd,  Guru Listrik SMK Muhammadiyah 2 Cepu


Share

Related Posts

Post a Comment

Confirmation of Closure

Are you sure you want to close this video playback?