- Posted by : Joko Mulyono
- on : June 15, 2025
Bagi
sebagian besar siswa SMK, kelulusan bukan hanya sebuah capaian, tetapi juga
titik balik. Setelah seremonial perpisahan dan penyerahan ijazah, mereka
dihadapkan pada kenyataan bahwa hidup yang sesungguhnya baru saja dimulai.
Dunia kerja menanti, dan persaingan terbuka lebar. Sayangnya, banyak alumni
yang justru gamang melangkah. Rasa
ragu akan kemampuan diri sendiri kerap menjadi tembok penghalang yang tinggi.
Ini bukan soal kurangnya semangat, tetapi lebih pada kesiapan yang belum
utuh. Dunia kerja menuntut lebih dari sekadar ijazah. Ia menagih kompetensi
nyata, sikap profesional, dan kadang sertifikasi yang bisa menjamin keahlian.
Tak heran jika banyak alumni yang merasa minder saat melihat rekan-rekannya
sudah lebih dulu diterima kerja atau bahkan sukses membangun usaha sendiri. Di
tengah persaingan ketat, bekal tambahan menjadi kebutuhan yang tak bisa
ditunda.
Guru, sebagai sosok yang pernah mendampingi para siswa di masa sekolah,
sering kali menjadi tempat pertama yang dituju para alumni. Mereka datang
membawa harapan: dicarikan pekerjaan, direkomendasikan ke perusahaan, atau
sekadar dimotivasi untuk tetap semangat. Namun,
di balik rasa sayang dan kepedulian, guru juga memikul tanggung jawab moral.
Tidak mungkin merekomendasikan alumni yang belum siap atau belum kompeten,
karena itu berarti mempertaruhkan nama baik sekolah dan kepercayaan industri.
Persoalan semakin kompleks ketika kebutuhan pelatihan dan sertifikasi tak
sebanding dengan kemampuan finansial alumni. Mengikuti pelatihan teknisi AC,
misalnya, di lembaga swasta bisa menelan biaya yang tidak sedikit. Padahal,
keahlian di bidang pendingin ruangan ini sangat dibutuhkan dan menjadi salah
satu sektor yang terus berkembang. Di titik inilah solusi harus dihadirkan,
bukan dengan mengeluh, tapi dengan kolaborasi.
Solusi itu datang dari sebuah pendekatan sederhana namun penuh makna:
sinergi antara guru, alumni, dan lembaga pelatihan seperti Balai Latihan Kerja
(BLK). Guru mengambil peran lebih dari sekadar pengajar. Mereka menjadi
jembatan informasi, motivator, bahkan fasilitator. Ketika seorang alumni
meminta bantuan mencari kerja, guru tak hanya memberi saran, tapi juga bergerak
mencari informasi pelatihan gratis yang bisa diakses alumni.
BLK
menjadi mitra strategis yang potensial. Sebagai lembaga pemerintah yang
menyediakan pelatihan vokasi tanpa biaya, BLK hadir menjawab kebutuhan alumni
yang ingin meningkatkan kompetensi tanpa terbebani biaya. Di sini, guru bisa
langsung menghubungi pihak BLK, menanyakan jadwal pelatihan, syarat
pendaftaran, hingga kuota peserta yang tersedia. Tak kalah penting, guru juga perlu menyampaikan informasi
ini kepada para alumni dan orang tua mereka.
Persiapan alumni pun dimulai. Mereka mulai membaca kembali materi dasar
teknik pendinginan, mengenali jenis-jenis freon, memahami sistem kerja AC, dan
mencoba latihan praktek sederhana di rumah. Bagi sebagian, mungkin ini terasa
seperti kembali ke bangku sekolah, namun itulah esensi pembelajaran sejati:
tidak berhenti meski sudah lulus.
Guru memainkan peran penting dalam memastikan alumni dan orang tua
benar-benar memahami manfaat pelatihan. Dalam pertemuan informal atau sesi
pengarahan, guru menjelaskan bagaimana sertifikat pelatihan bisa membuka jalan
ke dunia kerja, bahkan menjadi nilai lebih saat bersaing dengan pelamar lain.
Ketika orang tua mendukung, semangat alumni pun meningkat.
Hasil dari kolaborasi ini mulai terlihat nyata. Sejumlah alumni berhasil
mengikuti pelatihan teknisi AC secara gratis di BLK Sragen. Selama
beberapa minggu, mereka digembleng dengan materi yang sesuai standar industri.
Mulai dari teori pendinginan, praktik perawatan AC, hingga troubleshooting
kerusakan sistem. Tidak hanya belajar, mereka juga mendapatkan pengalaman kerja
lapangan yang mendekatkan mereka pada dunia industri sesungguhnya.
Setelah menyelesaikan pelatihan, para alumni menerima sertifikat kompetensi
sebagai bukti bahwa mereka telah memenuhi standar yang ditetapkan. Sertifikat
ini menjadi senjata ampuh saat melamar pekerjaan. Ia bukan sekadar selembar
kertas, tetapi simbol kepercayaan diri dan kesiapan menghadapi tantangan.
Alumni yang semula ragu kini tampil lebih percaya diri. Dengan pengetahuan
yang lebih matang dan keterampilan yang diasah kembali, mereka lebih mudah
melalui tahap seleksi dan uji keterampilan di perusahaan. Beberapa di antaranya
bahkan sudah berhasil bekerja sebagai teknisi AC di berbagai wilayah.
Di sisi lain, guru tak tinggal diam. Setelah alumni memiliki sertifikat,
mereka mulai menjalin komunikasi dengan pemilik usaha pendingin atau perusahaan
yang membutuhkan teknisi. Dengan membawa nama baik sekolah dan kredibilitas
pelatihan yang diikuti alumni, guru merekomendasikan mereka secara langsung.
Kepercayaan yang dibangun selama bertahun-tahun antara sekolah dan industri
menjadi jembatan bagi alumni untuk melangkah ke dunia kerja.
Kolaborasi ini memang bukan tanpa tantangan. Masih banyak guru yang belum
tahu keberadaan atau jadwal pelatihan gratis. Alumni pun kadang merasa minder
untuk mendaftar, takut gagal, atau belum menyadari pentingnya pelatihan
lanjutan. Koordinasi antara sekolah dan BLK juga belum berjalan sistematis.
Untuk itu, dibutuhkan langkah strategis. Sekolah
perlu menyusun database lembaga pelatihan gratis dan resmi di wilayah
masing-masing. Informasi ini harus
di-update secara berkala dan dibagikan kepada alumni secara terbuka. Guru-guru
juga bisa proaktif menjalin hubungan kemitraan dengan BLK, dunia industri, dan
instansi terkait. Bahkan, pelatihan singkat bisa dimasukkan sebagai bagian dari
ekstrakurikuler atau program penguatan karier di SMK.
Masa depan alumni SMK tidak hanya ditentukan oleh nilai di ijazah, tetapi
oleh upaya yang mereka lakukan setelah lulus. Keberhasilan mereka juga sangat
dipengaruhi oleh sejauh mana guru dan sekolah terus mendampingi dan membuka
jalan. Karena sejatinya, mendidik bukan hanya tentang mengantar siswa lulus,
tetapi memastikan mereka sampai pada kehidupan yang lebih baik.
Mari kita ubah tantangan menjadi peluang. Guru, jangan ragu untuk turun
tangan. Alumni, jangan takut untuk terus belajar. Pelatihan adalah jembatan
antara ilmu dan pekerjaan, antara harapan dan kenyataan. Semoga semakin banyak
alumni SMK yang mendapat akses pelatihan, memperoleh sertifikasi, dan akhirnya
bekerja layak di bidang yang mereka geluti sejak sekolah.
Karena setiap tangan terampil layak mendapatkan kesempatan. Dan setiap
alumni berhak untuk percaya bahwa masa depannya bisa lebih cerah, asal ia
bersedia terus belajar dan mendapat dukungan yang tepat.
Penulis : Joko Mulyono, S.Pd,
Guru SMK Muhammadiyah 2 Cepu