- Posted by : Joko Mulyono
- on : June 04, 2025
Menjalankan jurusan di Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) ibarat mengelola
sebuah perusahaan kecil. Setiap hari, guru produktif dihadapkan pada tantangan
berlapis: beban administrasi yang menumpuk, kompetensi siswa yang harus terus
diasah, hingga keterbatasan sarana praktik yang menjadi kunci pembelajaran
vokasi. Di tengah tuntutan untuk menghasilkan lulusan yang siap kerja, jurusan
di SMK tidak bisa lagi bekerja sendiri. Kolaborasi menjadi keniscayaan,
terutama dengan Dunia Usaha dan Dunia Industri (DUDI) yang sesungguhnya adalah
‘laboratorium nyata’ bagi peserta didik.
Selama ini, sinergi antara sekolah dan DUDI seringkali hanya berhenti pada
tataran slogan. Padahal, jika dirancang dan dijalankan secara strategis, kerja
sama ini dapat menjadi solusi konkret terhadap berbagai permasalahan yang
selama ini membelenggu jurusan. Tulisan ini mencoba mengulas bagaimana
kemitraan yang sehat dan berkelanjutan antara SMK dan DUDI dapat membantu jurusan
mengurangi beban administrasi, mempermudah pengadaan sarana praktik, serta
meningkatkan kompetensi guru dan siswa sesuai dengan kebutuhan industri masa
kini.
Masalah yang dihadapi oleh
jurusan di SMK seringkali bersifat struktural. Beban administrasi menjadi
keluhan utama para guru. Alih-alih fokus mengembangkan mutu pembelajaran dan
proyek kejuruan, banyak guru justru terjebak dalam tumpukan dokumen, laporan,
dan pelaporan daring yang menyita waktu dan energi. Hal ini tak hanya menggerus
semangat mengajar, tetapi juga mengurangi ruang inovasi yang seharusnya menjadi
kekuatan utama pendidikan vokasi.
Di sisi lain, potensi kolaborasi antara jurusan dan DUDI sebenarnya sangat
besar. Banyak pekerjaan praktis, mulai dari pemeliharaan alat, perbaikan
instalasi, hingga pengembangan modul, bisa dilakukan secara kolaboratif. Namun,
karena belum adanya fasilitasi yang sistematis dan formal, peluang ini sering
terlewat begitu saja. Jurusan juga
sering mengalami kendala dalam hal waktu saat pengadaan alat praktik menjelang
pelaksanaan Ujian Kompetensi Keahlian (UKK). Proses pengadaan yang birokratis
dan ketat menyulitkan sekolah untuk memenuhi kebutuhan alat secara cepat dan
tepat waktu.
Tidak hanya itu, perkembangan teknologi yang begitu pesat juga menuntut
peningkatan kompetensi bagi seluruh ekosistem jurusan, baik guru, teknisi,
maupun siswa. Bidang-bidang seperti instalasi listrik, sistem
pendingin ruangan (AC), otomasi industri, dan teknologi informasi kini
mengalami transformasi besar-besaran. Tanpa akses langsung pada praktik
industri yang sebenarnya, kemampuan guru dan siswa akan tertinggal dari
kebutuhan pasar kerja.
Dalam konteks inilah,
kerja sama strategis dengan DUDI menjadi solusi yang menjanjikan. Langkah
pertama yang perlu diambil adalah penandatanganan Memorandum of Understanding
(MOU) antara sekolah dan pihak industri. MOU bukan sekadar dokumen simbolis,
tetapi menjadi dasar hukum yang mengikat kedua belah pihak untuk mewujudkan
sinergi nyata dalam bidang pendidikan dan pelatihan vokasi.
Setelah MOU ditandatangani, tantangan berikutnya adalah merealisasikannya
secara konkret. MOU tidak boleh berhenti sebagai tumpukan kertas di laci kepala
sekolah. Ia harus diterjemahkan ke dalam program-program bersama
yang terukur dan berdampak langsung bagi penguatan jurusan. Salah satu bentuk
implementasi nyata adalah program magang bagi guru di DUDI. Melalui magang,
guru bisa belajar langsung mengenai teknologi terbaru, proses kerja industri,
dan kultur profesional yang sesungguhnya. Pengalaman ini tidak hanya memperkaya
wawasan guru, tetapi juga memperbarui pendekatan pembelajaran yang lebih
kontekstual dan aplikatif.
Selain itu, workshop atau In
House Training (IHT) sinkronisasi kurikulum antara guru dan pihak industri
menjadi sangat penting. Melalui dialog terbuka, kurikulum SMK dapat disesuaikan
dengan kebutuhan pasar kerja yang terus berubah. DUDI dapat memberikan masukan
berharga mengenai standar keterampilan, etos kerja, dan perangkat teknologi
yang digunakan, sehingga lulusan SMK benar-benar siap pakai.
Salah satu strategi
unggulan yang kini banyak dikembangkan adalah proyek bersama antara sekolah dan
DUDI. Dengan metode project-based learning, siswa dilibatkan secara langsung
dalam proyek nyata seperti instalasi listrik gedung, servis AC industri, atau
perancangan sistem otomasi. Pendampingan dari pihak industri membuat siswa
tidak hanya belajar teori, tetapi juga terbiasa menghadapi tantangan dan
menyelesaikan masalah riil di lapangan.
Keberadaan Teaching
Factory (TEFA) atau Tempat Uji Kompetensi (TUK) yang dibangun bersama DUDI
menjadi langkah visioner. TEFA memungkinkan siswa belajar dalam lingkungan
produksi yang menyerupai dunia kerja sebenarnya. Pendampingan dari teknisi atau
profesional DUDI akan mempercepat proses alih keterampilan dan membentuk
karakter kerja yang disiplin dan produktif.
Program Praktek Kerja
Lapangan (PKL) juga menjadi bagian penting dari sinergi ini. Pengiriman siswa
ke DUDI untuk belajar langsung di lingkungan kerja profesional memberikan
dampak besar pada kesiapan mereka memasuki dunia kerja. Bahkan, melalui kerja
sama yang intensif, beberapa siswa bisa langsung direkrut sebagai karyawan
tetap setelah lulus, karena telah terbukti kompeten selama masa PKL.
Hasil dari kerja sama ini pun cukup signifikan. Sinergi antara sekolah dan
DUDI semakin kuat dan saling menguntungkan. Sekolah mendapat dukungan sarana
dan pengalaman industri, sementara DUDI memperoleh calon tenaga kerja yang
telah dikenalnya sejak dini. Jurusan di SMK menjadi lebih eksis dan diakui oleh
masyarakat karena mampu menunjukkan relevansi dan keunggulannya dalam dunia
kerja nyata. Dampaknya terasa hingga ke tingkat penerimaan siswa baru. Semakin
banyak orang tua yang tertarik menyekolahkan anaknya ke SMK karena melihat
jalur karier yang lebih jelas dan peluang kerja yang lebih cepat.
Tak hanya itu, guru pun menjadi lebih termotivasi. Dengan adanya ruang
belajar baru di industri, guru merasa dihargai dan memiliki kesempatan
berkembang secara profesional. Di sisi lain, siswa menjadi lebih percaya diri
karena memiliki pengalaman langsung di dunia kerja, bukan sekadar latihan di
laboratorium sekolah.
Kerja sama dengan DUDI
tidak bisa lagi dipandang sebagai formalitas belaka. Ia adalah bagian penting
dari upaya revitalisasi SMK agar tetap relevan dengan kebutuhan industri dan
mampu menghasilkan lulusan yang kompeten. Melalui MOU yang dijalankan dengan
sungguh-sungguh, sekolah mampu mengatasi berbagai tantangan internal dengan
lebih efektif. Program-program nyata hasil kolaborasi menjadi jembatan antara
dunia pendidikan dan dunia kerja, membentuk lulusan yang siap pakai dan adaptif
terhadap perubahan zaman.
Oleh karena itu, sekolah
perlu aktif membangun dan meningkatkan kemitraan dengan DUDI secara
berkelanjutan. Tidak cukup hanya
sekali tanda tangan, tetapi juga konsisten dalam menjalankan program bersama.
Bagi DUDI, keterlibatan dalam pendidikan vokasi dapat menjadi bentuk tanggung
jawab sosial perusahaan sekaligus investasi jangka panjang untuk ketersediaan
tenaga kerja yang kompeten. Sedangkan bagi dinas pendidikan, peran fasilitator
dan promotor sangat krusial dalam memperluas jejaring kerja sama SMK-DUDI dan
menjadikannya sebagai model pengembangan SMK unggulan di berbagai daerah.
Dengan demikian, kemitraan yang strategis dan produktif antara sekolah dan
industri bukan hanya impian, tetapi sebuah keharusan dalam menciptakan
pendidikan vokasi yang tangguh, responsif, dan benar-benar menjawab kebutuhan
zaman.
Penulis : Joko Mulyono, S.Pd,
Guru Listrik SMK Muhammadiyah 2 Cepu