Skip to Content
Loading...
Nur Imamah
Nur Imamah
Online
Halo 👋
Ada yang bisa dibantu?

Momen Penyembelihan Hewan Qurban Sebagai Media Dakwah Sekaligus Media Promosi SPMB Sekolah

 



Hari Raya Idul Adha bukan sekadar ritual tahunan. Ia merupakan momen penting bagi umat Islam untuk mengekspresikan keimanan, ketaatan, dan solidaritas sosial melalui ibadah qurban. Di balik gemuruh takbir dan suasana penuh khidmat saat penyembelihan hewan qurban, tersimpan nilai-nilai kemanusiaan yang luhur: berbagi dengan sesama, mendekatkan hati yang jauh, dan menguatkan ikatan sosial dalam balutan semangat keagamaan.

Namun, kenyataan di lapangan tak selalu seindah harapan. Di banyak desa dan sekolah, terutama tingkat SMP dan MTs, pelaksanaan ibadah qurban kerap menemui kendala. Faktor utama yang kerap menjadi penghalang adalah keterbatasan dana. Tidak semua lembaga atau komunitas memiliki kemampuan finansial untuk membeli hewan qurban, apalagi menyelenggarakan proses penyembelihan secara mandiri. Hal ini menjadi dilema tersendiri, apalagi bagi sekolah-sekolah yang berbasis Islam. Di satu sisi mereka memiliki semangat tinggi dalam mengamalkan ajaran agama dan berdakwah melalui aksi nyata, namun di sisi lain terkendala sarana dan anggaran.

Sementara itu, sekolah-sekolah Islam, seperti yang dikelola oleh Muhammadiyah, Nahdlatul Ulama, atau lembaga swasta Islam lainnya, sering kali memiliki sumber daya yang lebih memadai. Mereka juga aktif menyelenggarakan kegiatan sosial keagamaan yang melibatkan siswa sebagai bagian dari pembelajaran karakter dan dakwah. Namun jika kegiatan ini dilakukan secara eksklusif tanpa menjangkau masyarakat sekitar yang membutuhkan, manfaat sosialnya akan menjadi terbatas.

Di sinilah letak persoalan: ada semangat dan sumber daya di satu pihak, serta kebutuhan dan keinginan yang kuat di pihak lain. Jika keduanya bekerja sendiri-sendiri, bukan hanya efektivitas yang berkurang, tetapi juga potensi terjadinya pemborosan sosial dan energi dakwah yang sia-sia. Oleh karena itu, diperlukan sebuah pendekatan baru yang kolaboratif—kerjasama simbiosis mutualisme antara sekolah Islam dengan desa atau sekolah-sekolah lain seperti SMP dan MTs dalam penyelenggaraan qurban.

Simbiosis mutualisme adalah bentuk hubungan timbal balik yang saling menguntungkan. Dalam konteks pelaksanaan ibadah qurban, konsep ini dapat diimplementasikan secara sederhana namun efektif. Sekolah Islam dapat mengambil peran sebagai penyelenggara utama qurban—mengelola perolehan hewan, proses penyembelihan, hingga pembagian. Sementara desa atau sekolah mitra, seperti SMP dan MTs, dapat menjadi mitra distribusi sekaligus penerima manfaat.

Bentuk kerja sama ini tidak hanya memperluas jangkauan distribusi daging qurban, tetapi juga membangun citra positif sekolah sebagai lembaga yang peduli dan terbuka. Bagi mitra, kerja sama ini memberi kesempatan bagi siswa dan masyarakat sekitar untuk ikut merasakan keberkahan Idul Adha meskipun tidak menyelenggarakan qurban sendiri. Ini menjadi solusi atas kesenjangan antara semangat dan keterbatasan.

Untuk mewujudkan sinergi ini, langkah awal yang harus dilakukan adalah membangun komunikasi formal antara pihak sekolah Islam dengan perwakilan desa atau SMP/MTs. Dalam pertemuan tersebut dibahas hal-hal teknis seperti jenis dan jumlah hewan qurban, lokasi penyembelihan, pembagian tugas panitia, serta mekanisme distribusi daging sesuai kesepakatan bersama. Kejelasan sejak awal akan mencegah kesalahpahaman yang berpotensi mengganggu kelancaran pelaksanaan.

Pelaksanaan penyembelihan bisa dilakukan di sekolah penyelenggara atau di desa mitra, tergantung pada ketersediaan tempat yang memadai. Proses ini hendaknya melibatkan siswa dari kedua belah pihak untuk memperkuat rasa kebersamaan. Selain itu, pelaksanaan harus tetap menjunjung tinggi syariat Islam, baik dari segi tata cara penyembelihan maupun etika distribusi.

Distribusi daging qurban menjadi tahap penting yang memerlukan ketelitian. Daging dibagi sesuai dengan daftar penerima yang telah disepakati—biasanya terdiri dari warga miskin, siswa kurang mampu, guru, dan masyarakat sekitar yang berhak. Dokumentasi kegiatan dan transparansi dalam pelaporan sangat penting untuk menjaga kepercayaan dan akuntabilitas, baik kepada donatur maupun masyarakat.

Hasil dari kolaborasi ini membawa dampak positif bagi semua pihak. Bagi desa atau SMP/MTs yang menjadi mitra, mereka mendapat manfaat nyata berupa bantuan daging qurban, mempererat hubungan dengan lembaga pendidikan Islam, serta memberi pengalaman edukatif bagi siswa untuk belajar berbagi dan peduli pada sesama. Bagi sekolah Islam penyelenggara, kegiatan ini menjadi wujud nyata dakwah amaliyah. Lebih dari sekadar menyalurkan daging, mereka menyalurkan nilai-nilai Islam secara aplikatif dan menyentuh langsung kebutuhan masyarakat. Selain itu, keterlibatan siswa dalam panitia qurban memberikan pelajaran berharga dalam kepemimpinan, kerja sama tim, serta semangat sosial.

Masyarakat secara umum pun turut merasakan dampaknya. Hubungan antar lembaga menjadi lebih harmonis, masyarakat semakin mengenal dan menghargai peran sekolah Islam sebagai bagian dari solusi sosial. Spirit gotong royong yang mulai luntur karena individualisme bisa dibangkitkan kembali melalui momen ini. Idul Adha pun bukan hanya menjadi hari raya, tetapi juga momentum sosial dan spiritual yang membangun.

Beberapa sekolah telah membuktikan keberhasilan kolaborasi ini. Misalnya, sebuah sekolah Islam di daerah pesisir bekerja sama dengan SMP negeri setempat. Selain berhasil membagikan daging qurban ke lebih dari 300 kepala keluarga, kegiatan ini juga diabadikan dan mendapat perhatian media lokal. Seorang kepala desa yang menjadi mitra menyampaikan apresiasinya, “Kami merasa sangat terbantu. Ini bukti bahwa kolaborasi bisa membawa berkah bagi semua.”

Meski demikian, tentu ada tantangan yang harus diantisipasi. Perbedaan visi antarpihak, masalah logistik, hingga keterbatasan SDM bisa menjadi hambatan. Namun, semua itu bisa diatasi dengan komunikasi intensif sejak awal, penunjukan tim koordinator yang kompeten, serta komitmen bersama menjaga transparansi dan kepercayaan. Rapat rutin sebelum hari-H dan evaluasi pasca kegiatan menjadi kunci agar kolaborasi ini terus berjalan dan berkembang setiap tahunnya.

Idul Adha bukan semata tentang penyembelihan hewan. Ia adalah refleksi ketakwaan, kepedulian, dan kemanusiaan. Dalam semangat itulah, kolaborasi simbiosis mutualisme antara sekolah Islam dan desa atau SMP/MTs menjadi strategi yang bukan hanya logis, tetapi juga religius. Ia menjembatani keinginan beribadah dengan kenyataan sosial, menjadikan qurban lebih dari sekadar ritual—ia menjadi solusi.

Mari kita tingkatkan makna Idul Adha melalui langkah-langkah kolaboratif yang inklusif dan bermakna. Bukan hanya untuk memenuhi kewajiban agama, tetapi juga untuk membangun masyarakat yang lebih kuat, lebih peduli, dan lebih bersatu. Semoga model kerja sama ini menjadi inspirasi bagi lebih banyak sekolah dan desa di seluruh pelosok negeri. Karena sesungguhnya, nilai sejati dari qurban bukan hanya terletak pada sembelihannya, tetapi pada keikhlasan dan manfaat yang ia tebarkan.

Penulis : Joko Mulyono, S.Pd,  Guru Listrik SMK Muhammadiyah 2 Cepu

Share

Related Posts

Post a Comment

Confirmation of Closure

Are you sure you want to close this video playback?