- Posted by : Joko Mulyono
- on : June 01, 2025
Praktik Kerja Lapangan (PKL) merupakan bagian penting dalam proses
pendidikan siswa Sekolah Menengah Kejuruan (SMK). Program ini tidak sekadar
memenuhi tuntutan kurikulum, tetapi juga menjadi ajang pembentukan karakter
melalui pengalaman langsung di dunia kerja. Melalui PKL, siswa diperkenalkan
pada dinamika kerja yang sesungguhnya, mengenal budaya industri, dan belajar
menjalani tanggung jawab yang lebih besar dari sekadar tugas di dalam kelas.
Namun, di balik pentingnya PKL, masih terdapat tantangan yang tidak bisa
diabaikan, khususnya bagi sekolah-sekolah yang berada di lingkungan dengan
keterbatasan pilihan tempat PKL. Banyak perusahaan atau bengkel di sekitar
sekolah belum mampu menyediakan pengalaman kerja yang membentuk karakter
tangguh. Tak sedikit pula tempat PKL yang terlalu "nyaman", tidak
menantang, dan justru membuat siswa menjalani hari-hari PKL layaknya magang
tanpa makna.
Dari
kondisi ini, muncul kebutuhan untuk merancang alternatif strategis yang mampu
menjawab tantangan tersebut. Salah satunya adalah pelaksanaan PKL di luar kota.
Program ini dirancang bukan hanya untuk menambah variasi tempat PKL, tetapi
lebih dari itu, sebagai wadah pembentukan karakter secara lebih menyeluruh.
Tujuan artikel ini adalah mengulas permasalahan yang muncul dalam PKL
konvensional, menjabarkan solusi berupa PKL luar kota, langkah-langkah
pelaksanaan yang sistematis, serta hasil konkret yang telah dicapai.
Dalam pelaksanaan PKL konvensional, sering kali siswa ditempatkan di
lokasi-lokasi yang dekat dengan rumah atau sekolah. Pilihan ini tentu praktis
dari sisi logistik, namun menyimpan persoalan tersendiri dalam hal pembentukan
karakter. Lingkungan kerja yang terlalu akrab, tanpa tekanan atau tantangan
berarti, membuat siswa tidak terlatih menghadapi realita dunia kerja. Mereka
datang ke tempat PKL hanya untuk memenuhi kewajiban administratif, bukan untuk
menantang diri dan berkembang.
Banyak
siswa justru memilih tempat PKL yang "santai", di mana mereka hanya
diminta membantu pekerjaan ringan tanpa pembimbingan serius dari perusahaan. Situasi ini diperparah dengan kurangnya kepedulian dari
pimpinan perusahaan terhadap pembinaan karakter siswa. Tidak ada pembiasaan
disiplin, tidak ada target kerja yang jelas, dan tidak ada evaluasi terhadap
sikap maupun kinerja.
Selain itu, siswa SMK yang selalu berada di lingkungan rumah selama masa PKL cenderung mengalami ketergantungan tinggi pada keluarga. Mereka belum memiliki kesiapan mental maupun keterampilan hidup mandiri. Akibatnya, mereka menjadi kurang percaya diri, canggung dalam berkomunikasi, serta tidak memiliki kemampuan manajemen waktu dan keuangan yang baik. Hal ini tentu bertolak belakang dengan tujuan utama dari pendidikan kejuruan yang menekankan pada kemandirian dan kesiapan kerja.
Melihat
tantangan tersebut, program PKL luar kota hadir sebagai solusi strategis.
Konsep ini mendorong siswa untuk menjalani PKL di kota lain, jauh dari rumah,
di tempat-tempat kerja yang memiliki budaya industri kuat dan pembimbing yang
berkompeten. Melalui program ini, siswa tidak hanya belajar teknis pekerjaan,
tetapi juga dipaksa untuk keluar dari zona nyaman, belajar hidup mandiri, dan
beradaptasi dengan lingkungan baru.
Keuntungan
utama dari PKL luar kota terletak pada proses pembentukan karakter yang lebih
menyeluruh. Siswa tidak lagi sekadar menjadi pengamat atau penonton di tempat
PKL, tetapi benar-benar menjadi bagian dari ekosistem kerja yang dinamis. Mereka belajar disiplin waktu, menghargai proses, dan menghadapi
tekanan kerja yang realistis. Di sisi lain, kehidupan mandiri yang mereka
jalani di luar kota—tinggal di kos, mengatur pengeluaran, memasak sendiri—semua
menjadi sarana pembelajaran karakter yang tak bisa digantikan oleh teori di
kelas.
Agar
program PKL luar kota berjalan efektif, diperlukan langkah-langkah sistematis.
Dimulai dari sosialisasi kepada siswa dan orang tua. Penting untuk menanamkan
pemahaman bahwa tantangan di luar kota bukanlah beban, melainkan peluang untuk
tumbuh dan berkembang. Setelah itu
dilakukan seleksi siswa berdasarkan karakter, prestasi akademik maupun
non-akademik, serta kesiapan ekonomi keluarga. Seleksi ini memastikan bahwa
siswa yang terpilih memang mampu menjalani PKL dengan baik.
Langkah berikutnya adalah menjalin koordinasi dengan Dunia Usaha dan Dunia
Industri (DUDI). Sekolah perlu memastikan bahwa tempat PKL di luar kota telah
menjalin kerja sama resmi (MOU) dan memiliki komitmen dalam pembinaan siswa.
Proses pengiriman siswa dilakukan dengan persiapan matang, mulai dari pemberian
informasi detail tentang lokasi dan perusahaan, hingga pendampingan awal saat
siswa tiba di lokasi.
Tak kalah penting adalah penyediaan informasi mengenai tempat tinggal.
Sekolah dapat membantu siswa dalam mencari kos atau kontrakan yang aman dan
terjangkau di sekitar lokasi PKL. Selama masa PKL, sekolah wajib melakukan
monitoring berkala melalui telepon, kunjungan langsung, atau laporan tertulis
dari siswa. Monitoring ini berguna untuk mengevaluasi proses dan mengantisipasi
masalah sedini mungkin. Setelah masa PKL selesai, dilakukan proses penarikan
siswa, disertai penyerahan laporan hasil kerja dan refleksi pengalaman.
Hasil yang dicapai dari pelaksanaan PKL luar kota sangat menggembirakan.
Dari sisi karakter, siswa menunjukkan peningkatan disiplin, tanggung jawab, dan
etos kerja. Mereka terlatih datang tepat waktu, mengikuti aturan kerja, serta
menyelesaikan tugas sesuai target. Kemandirian pun tumbuh pesat. Siswa mampu
mengatur jadwal harian, memasak sendiri, mencuci pakaian, dan bertanggung jawab
atas segala kebutuhan pribadinya.
Kepercayaan
diri juga meningkat signifikan. Siswa terbiasa menggunakan transportasi umum,
berkomunikasi dengan orang baru, dan menghadapi tantangan tanpa bergantung pada
keluarga. Dalam aspek manajemen keuangan, mereka belajar mengelola uang saku,
membayar kos, dan menyusun anggaran pengeluaran secara mandiri. Menariknya, beberapa siswa bahkan mendapat tawaran kerja
tetap dari perusahaan tempat mereka PKL, karena dinilai memiliki kinerja dan
karakter yang unggul.
Dari uraian di atas, jelas bahwa PKL luar kota merupakan sarana efektif
dalam membentuk karakter siswa SMK yang tangguh, mandiri, dan siap kerja.
Program ini membawa siswa keluar dari zona nyaman, memperkenalkan mereka pada
tantangan nyata, serta membekali mereka dengan keterampilan hidup yang
esensial. Namun, keberhasilan program ini tidak bisa dilepaskan dari kolaborasi
semua pihak—sekolah, DUDI, orang tua, dan tentu saja siswa itu sendiri.
Agar program PKL luar kota dapat terus berjalan dan berkembang, sekolah
perlu aktif menjalin kemitraan dengan DUDI di berbagai kota. Semakin luas
jejaring kerja sama, semakin banyak pilihan tempat PKL yang berkualitas. Orang
tua juga perlu memberikan dukungan penuh, baik secara moral maupun logistik,
agar anak mereka berani menerima tantangan ini. Di sisi lain, siswa harus
dipersiapkan secara mental dan fisik sebelum diberangkatkan. Pembekalan
mengenai manajemen waktu, komunikasi, keamanan, hingga pengelolaan emosi harus
menjadi bagian dari proses persiapan.
PKL luar kota bukan sekadar perjalanan keluar daerah. Ia adalah perjalanan
menuju kedewasaan, tempat siswa belajar menjadi pribadi yang bertanggung jawab,
tangguh, dan siap menghadapi masa depan. Dengan perencanaan matang dan
pelaksanaan yang konsisten, program ini dapat menjadi tonggak penting dalam
membentuk generasi SMK yang unggul, bukan hanya dalam keterampilan, tetapi juga
dalam karakter.
Penulis : Joko Mulyono,S.Pd, Guru Teknik Listrik SMK Muhammadiyah 2 Cepu