- Posted by : Joko Mulyono
- on : June 20, 2025
“Negeri yang
Ditenggelamkan Janji”
Karya : Irfan Aditya Firmansyah
Angin barat membawa bau garam yang getir,
di kampungku, air naik tak kenal waktu.
"Ayah, kenapa tanah kita terus tenggelam?"
Anak itu bertanya, suaranya seperti luka yang belum
sembuh.
Ibunya menggenggam tangan si kecil erat,
“Karena mereka membangun tanpa pikir akhir,” bisiknya.
Pohon-pohon hilang, laut mengaum di dapur,
dan negara hanya menulis janji di papan basah.
Di Jakarta, suara muda berdiri lantang:
"Kami bukan sekadar pewaris krisis!"
Langkah mereka menuju meja hijau,
membawa gugatan iklim dengan tinta kemarahan.
“Apakah hukum akan mendengar kami?”
Tanya Raka, pemuda desa yang merantau ke ibu kota.
“Jika diam, maka sejarah akan bicara,”
jawab Lintang, matanya nyala seperti bara.
Di ruang sidang, udara sesak oleh kesaksian,
“Rob datang bukan karena takdir,”
teriak Nenek Sari dari Timbulsloko,
“tapi karena rakus kalian yang kuasa dan lupa akar!”
Awan di langit tampak seperti surat terbuka,
generasi muda menulis di atasnya dengan harap:
"Kami menuntut bukan hanya untuk kami,
tapi untuk anak-anak yang belum sempat menangis."