- Posted by : Joko Mulyono
- on : June 20, 2025
“Timah dan Teriakan yang Tak Didengar”
Karya : Vivi Anggraini
Pada 27 Maret 2024, Tribun Jakarta Barat mempublikasikan sebuah berita dengan judul ‘Crazy Rich PIK Melakukan Korupsi sebesar Rp 271 T’.
Di bawah tanah Bangka, timah berkilau menyala,
Namun cahaya itu hanyalah dusta semata.
“Pak, kenapa sekolahku roboh?” tanya si kecil Lina.
Ayahnya diam, matanya penuh luka.
Di ruang rapat, dasi menjuntai seperti jerat,
“Ini bukan korupsi, ini optimalisasi,” kata pejabat.
Hakim pun berbisik, “Kita tunggu perintah atas.”
Lina memeluk ibunya, tubuhnya gemetar panas.
“271 triliun bukan angka biasa, Pak,”
teriak jurnalis muda yang wajahnya pucat.
“Tapi berita kami ditekan, dibungkam, digugat.”
Ia pun menunduk, dikeluarkan tanpa surat.
Di depan kamera, pelaku tersenyum hambar.
“Maaf jika ada kekhilafan,” katanya ringan benar.
“Ayah, itu yang curi masa depanku?” tanya Lina lirih.
Sang ayah mengangguk, suaranya tak mampu bersuara lagi.
“Rakyat bukan penonton di ruang tipu daya!”
teriak aktivis dengan nadi membara.
Namun suara itu lenyap di kantor megah,
digantikan tawa—dari mereka yang tak kenal susah.
Dan malam pun menyusun puisi murka,
tentang logam mulia yang membunuh harapan bangsa.
“Tolong kembalikan mimpiku,” bisik Lina pada langit.
Tapi langit diam—seperti hukum yang ikut larut.
Sumber : https://lk2fhui.law.ui.ac.id/portfolio/reportase-kasus-korupsi-timah-271-triliun-dari-kacamata-hukum-suatu-analisis/