Skip to Content
Loading...
Nur Imamah
Nur Imamah
Online
Halo 👋
Ada yang bisa dibantu?

Menjawab Tantangan Pembelajaran Instalasi Listrik Bertingkat Melalui Inovasi Papan Peraga Dua Lantai

 



 

Di era modern yang menuntut keahlian terapan, pendidikan vokasi memegang peranan penting dalam mencetak tenaga kerja yang kompeten dan siap pakai. Salah satu keterampilan yang krusial adalah kemampuan dalam instalasi listrik bangunan bertingkat. Pekerjaan ini menuntut ketepatan teknis, ketelitian, dan keberanian menghadapi kondisi nyata di lapangan, termasuk bekerja pada ketinggian. Oleh karena itu, pembelajaran praktik di sekolah kejuruan harus dirancang sedemikian rupa agar tidak hanya menyampaikan konsep teoritis, tetapi juga menumbuhkan keberanian dan kemampuan praktis siswa sesuai dengan kondisi riil.

Namun, tantangan besar menghadang. Banyak Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), khususnya di bidang Teknik Instalasi Tenaga Listrik, masih menghadapi keterbatasan dalam menyelenggarakan praktik instalasi listrik pada bangunan bertingkat. Kendala utama yang sering muncul adalah keterbatasan ruang untuk praktik, bahan praktik yang mudah rusak, serta kekhawatiran siswa untuk bekerja di ketinggian. Kondisi ini membuat pembelajaran praktik kurang maksimal dan seringkali tidak mencerminkan tantangan di dunia kerja. Maka, timbul pertanyaan penting: bagaimana menciptakan media praktik yang aman, efektif, dan mendekati kondisi nyata di lapangan?

Masalah pertama yang dihadapi adalah keterbatasan ruang praktik. Sebagian besar SMK tidak memiliki fasilitas simulasi bangunan bertingkat dalam skala nyata. Ruang kelas atau bengkel yang tersedia tidak memungkinkan dibuatnya bangunan mini setinggi tiga atau empat meter yang bisa digunakan secara aman dan efektif untuk praktik. Akibatnya, banyak sekolah yang hanya mampu memberikan praktik pada tembok datar atau struktur satu lantai, yang tidak cukup menggambarkan situasi pekerjaan instalasi pada bangunan bertingkat sebenarnya.

Selain itu, bahan praktik yang digunakan juga menjadi persoalan tersendiri. Tembok untuk praktik instalasi seringkali mudah rusak karena dipakai berulang-ulang oleh banyak siswa. Material seperti gypsum atau papan tipis cepat rapuh, kotor, dan membutuhkan penggantian yang relatif sering. Biaya pemeliharaan pun menjadi tinggi dan kurang efisien. Belum lagi waktu yang dihabiskan guru untuk memperbaiki media praktik yang rusak, yang seharusnya bisa digunakan untuk mendampingi siswa berlatih.

Masalah ketiga, yang tak kalah penting, adalah ketakutan siswa terhadap ketinggian. Pada praktik instalasi di rumah bertingkat dengan tinggi 4 meter, sebagian siswa menunjukkan gejala kecemasan. Ada yang gemetar saat naik tangga, ada pula yang tidak fokus saat mengerjakan instalasi karena terlalu takut jatuh. Kondisi ini tentu mengganggu pembelajaran dan menghambat penguasaan keterampilan. Padahal, dunia kerja menuntut teknisi listrik yang berani dan terampil dalam bekerja di berbagai medan, termasuk pada ketinggian.

Menjawab tantangan-tantangan tersebut, lahirlah sebuah solusi inovatif: papan peraga Instalasi Bangunan Bertingkat (IBB) dua lantai. Media ini merupakan hasil pemikiran kreatif guru SMK yang ingin memberikan pengalaman belajar yang mendekati kondisi nyata, namun tetap aman dan adaptif terhadap keterbatasan ruang. Papan peraga ini dibuat dari bahan triplek tebal yang kuat dan kokoh, disusun secara vertikal untuk menyerupai struktur bangunan dua lantai dalam skala mini. Ketinggian total papan peraga ini disesuaikan dengan tinggi ruang kelas atau bengkel, sehingga tetap bisa digunakan secara nyaman di dalam ruangan sekolah.

Desainnya tidak sekadar artistik, tetapi benar-benar fungsional. Pada lantai pertama, siswa dapat melakukan instalasi dasar seperti pemasangan stop kontak, sakelar, dan lampu. Sementara di lantai kedua, siswa mulai dikenalkan dengan skenario instalasi pada ketinggian, seperti pemasangan kabel antar lantai, pemanfaatan jalur pipa vertikal, hingga distribusi listrik antar ruangan. Anak tangga mini yang aman dan railing pengaman dipasang untuk memastikan siswa dapat naik ke lantai dua dengan nyaman. Media ini menjembatani siswa dari ketakutan menjadi percaya diri, dari konsep menjadi keterampilan nyata.

Salah satu kekuatan utama papan peraga dua lantai adalah kemampuannya menciptakan pengalaman praktik bertahap. Siswa tidak langsung dihadapkan pada ketinggian yang ekstrem. Mereka dibiasakan terlebih dahulu dengan struktur dua lantai dalam skala mini. Perlahan, keberanian mereka terbentuk seiring meningkatnya keterampilan teknis. Mereka belajar menaiki tangga, menjaga keseimbangan, dan menyelesaikan instalasi dengan prosedur keamanan yang tepat. Simulasi ini bukan hanya membangun kemampuan motorik, tetapi juga kesiapan mental dan emosional menghadapi pekerjaan nyata.

Hasilnya sangat positif. Siswa menunjukkan peningkatan antusiasme yang signifikan terhadap praktik instalasi listrik. Ketika media praktik terasa nyata, menarik, dan menantang, keterlibatan mereka pun meningkat. Tidak lagi ada wajah bosan atau cemas saat masuk kelas praktik. Sebaliknya, ada semangat baru untuk mencoba, belajar, dan memperbaiki kesalahan. Siswa lebih aktif bertanya, berdiskusi, dan berani mengambil peran dalam tim praktik. Proses belajar menjadi lebih hidup dan menyenangkan.

Selain itu, terjadi peningkatan yang nyata dalam hal keberanian dan keterampilan teknis. Setelah terbiasa bekerja di papan peraga dua lantai, siswa tidak lagi merasa takut ketika menghadapi praktik di rumah bertingkat sungguhan. Mereka mampu bekerja dengan percaya diri, menerapkan prosedur keamanan, dan menyelesaikan pekerjaan instalasi dengan lebih cepat dan tepat. Bahkan, beberapa siswa yang semula takut ketinggian, kini justru menjadi lebih berani dan tampil sebagai pemimpin kelompok saat praktik lapangan.

Dampak lain yang tak kalah penting adalah meningkatnya kesiapan siswa dalam menghadapi dunia kerja. Papan peraga ini berhasil menghadirkan pengalaman belajar yang mendekati kondisi nyata tanpa mengorbankan aspek keselamatan. Hal ini memberikan keunggulan tersendiri dalam kompetensi lulusan SMK. Mereka tidak hanya siap secara teori, tetapi juga terbiasa bekerja dalam situasi lapangan yang menuntut keberanian, ketelitian, dan keterampilan teknis tinggi.

Refleksi dari praktik penggunaan papan peraga IBB dua lantai menunjukkan bahwa keterbatasan bukanlah penghalang dalam dunia pendidikan, melainkan pemicu lahirnya inovasi. Dengan kreativitas, guru dapat mengubah ruang kecil menjadi dunia praktik yang besar dan bermakna. Papan peraga ini menjadi bukti nyata bahwa inovasi tidak harus mahal, tetapi harus relevan dan kontekstual dengan kebutuhan siswa.

Sudah saatnya sekolah dan guru berani melangkah lebih jauh dalam menciptakan media pembelajaran yang adaptif. Tantangan dalam pendidikan vokasi tidak bisa diselesaikan hanya dengan menunggu fasilitas lengkap. Inovasi seperti papan peraga dua lantai menunjukkan bahwa dengan bahan sederhana, pemahaman yang mendalam tentang kebutuhan siswa, serta keberanian untuk mencoba hal baru, pembelajaran bisa menjadi lebih efektif dan berdampak besar.

Mari jadikan keterbatasan sebagai awal dari kreativitas. Jadikan tantangan sebagai peluang untuk berinovasi. Pendidikan vokasi akan terus berkembang apabila seluruh elemen—guru, sekolah, dan masyarakat—mau berkolaborasi dalam menciptakan pembelajaran yang kontekstual, aplikatif, dan memberdayakan. Harapan kita bersama, agar siswa SMK tak hanya menjadi lulusan yang tahu teori, tetapi juga siap kerja, tangguh, dan mampu bersaing di dunia industri yang sesungguhnya. Papan peraga IBB dua lantai adalah salah satu langkah kecil yang berdampak besar dalam perjalanan tersebut.

Penulis : Joko Mulyono, S.Pd,  Guru Listrik SMK Muhammadiyah 2 Cepu

Share

Related Posts

Post a Comment

Confirmation of Closure

Are you sure you want to close this video playback?