Skip to Content
Loading...
Nur Imamah
Nur Imamah
Online
Halo 👋
Ada yang bisa dibantu?

Tetap Belajar di Tengah Kesibukan Sebagai Komitmen Guru Vokasi di Era Digital

 



 

Menjadi guru di sekolah vokasi pada era modern adalah tantangan yang luar biasa. Peran mereka tidak hanya terbatas pada menyampaikan materi di ruang kelas atau bengkel praktik, melainkan juga mencakup tugas-tugas tambahan yang membutuhkan perhatian dan energi ekstra. Wali kelas, kepala bengkel, hingga ketua jurusan adalah tanggung jawab yang menuntut manajemen waktu dan konsistensi yang tinggi. Dalam kondisi seperti ini, banyak yang berpikir bahwa peningkatan kompetensi diri menjadi hal yang sulit dilakukan. Namun faktanya, sejumlah guru membuktikan bahwa kesibukan bukanlah penghalang untuk terus belajar dan berkembang.

Peningkatan kompetensi guru, khususnya dalam bidang teknologi dan digital, menjadi sebuah keniscayaan. Dunia industri terus bergerak cepat, dan jika sekolah tidak mampu mengikuti perkembangan itu, maka lulusan yang dihasilkan pun tidak akan relevan dengan kebutuhan pasar kerja. Di sinilah letak peran krusial guru vokasi: tidak hanya sebagai pengajar, tetapi juga sebagai pembelajar sepanjang hayat yang mampu menjembatani dunia pendidikan dengan industri. Artikel ini mencoba menyoroti bagaimana guru tetap bisa belajar dan berinovasi di tengah kesibukan, melalui strategi sederhana namun berdampak besar.

Permasalahan utama yang dihadapi oleh guru vokasi terletak pada padatnya aktivitas di lingkungan sekolah. Tugas tambahan seperti menjadi wali kelas memerlukan perhatian terhadap kondisi emosional dan sosial siswa, penyusunan laporan kehadiran, hingga komunikasi intensif dengan orang tua. Kepala bengkel harus memastikan seluruh peralatan praktik tersedia, aman, dan layak digunakan. Sementara ketua jurusan harus mengatur kurikulum, berkoordinasi dengan mitra industri, dan mengawal kelancaran pembelajaran lintas kelas. Semua ini menyita waktu dan fokus guru, hingga nyaris tidak tersisa untuk belajar hal baru.

Di sisi lain, rumah yang seharusnya menjadi tempat istirahat dan refleksi pun menjadi ruang untuk menjalankan tanggung jawab keluarga. Bagi guru yang telah berkeluarga, peran sebagai orang tua dan pasangan hidup tak bisa diabaikan. Mengurus anak, menyiapkan kebutuhan rumah tangga, hingga menghadiri kegiatan sosial masyarakat menjadi bagian dari rutinitas yang menyita perhatian. Dalam kondisi seperti itu, sulit mencari waktu khusus untuk belajar secara mendalam. Akibatnya, pengembangan diri sering kali terabaikan.

Namun, di tengah keterbatasan itu, beberapa guru menunjukkan bahwa komitmen terhadap pembelajaran bisa tetap hidup dengan strategi yang tepat. Salah satunya adalah memanfaatkan waktu libur secara produktif. Guru jurusan listrik, misalnya, memanfaatkan akhir pekan atau hari libur dengan membawa box panel listrik ke rumah. Mereka tidak hanya mempelajari ulang materi praktik, tetapi juga mencoba merancang simulasi baru, menyempurnakan modul pembelajaran, bahkan membuat rekaman video praktik untuk dibagikan ke siswa. Praktik ini tidak memerlukan fasilitas canggih, cukup dengan ruang kecil di rumah dan komitmen untuk terus belajar.

Strategi lain yang dilakukan adalah mengelola website sekolah. Bagi sebagian guru, tugas ini mungkin tampak administratif. Namun jika dijalani dengan semangat belajar, maka website sekolah bisa menjadi wahana pengembangan diri yang luar biasa. Guru belajar mengatur tampilan halaman, menulis artikel, mengunggah materi ajar, hingga membuat video pembelajaran. Dalam proses ini, mereka otomatis mengasah keterampilan teknologi informasi, literasi digital, dan desain komunikasi visual. Website sekolah pun hidup, bukan sekadar formalitas, melainkan menjadi ruang berbagi pengetahuan yang dapat diakses siswa dan masyarakat luas.

Lebih jauh lagi, beberapa guru mulai menekuni dunia pemrograman otomasi industri. Perangkat lunak seperti CX Programmer, Zelio Soft 2, dan Simurelay menjadi sahabat baru di malam hari atau saat akhir pekan. Mereka belajar membuat skema pengendalian motor, sistem pencahayaan otomatis, hingga pengatur suhu berbasis sensor. Tidak hanya sekadar memahami teori, guru benar-benar praktik membuat logika kontrol dan mensimulasikannya. Hasil karya mereka bahkan didokumentasikan dalam bentuk video pembelajaran yang diunggah ke YouTube atau dibagikan melalui grup komunitas guru vokasi.

Dampak dari langkah-langkah ini sangat terasa. Dalam bidang Programmable Logic Controller (PLC) dan smart relay, kompetensi guru meningkat secara signifikan. Mereka tidak hanya menguasai materi, tetapi juga mampu menyampaikannya dengan cara yang menarik dan mudah dipahami siswa. Video pembelajaran yang mereka buat menjadi sumber belajar alternatif yang dapat diakses kapan saja, bahkan oleh guru-guru lain yang membutuhkan inspirasi. Pembelajaran pun tidak lagi monoton, melainkan interaktif, aktual, dan kontekstual.

Website sekolah pun turut mengalami perubahan. Dari yang semula hanya berisi pengumuman dan dokumentasi kegiatan, kini menjadi pusat informasi dan inspirasi. Guru-guru mulai mengisi konten secara rutin, baik berupa artikel motivasi, profil alumni, karya siswa, hingga tutorial teknis. Sekolah menjadi dikenal tidak hanya karena gedungnya, tetapi juga karena jejak digital yang aktif dan berkualitas. Website sekolah menjelma menjadi media promosi yang efektif, terlebih di masa pendaftaran siswa baru, karena masyarakat bisa melihat langsung semangat dan kreativitas yang tumbuh di lingkungan sekolah.

Yang paling penting, semua proses ini menumbuhkan karakter guru yang mandiri dan kreatif. Mereka tidak menunggu datangnya pelatihan, melainkan menciptakan pelatihan mereka sendiri. Mereka tidak tergantung pada fasilitas, tetapi memanfaatkan apa yang tersedia untuk terus berkembang. Inilah ciri khas guru vokasi sejati: mampu menjawab tantangan zaman dengan inovasi, mampu menginspirasi siswa dengan keteladanan.

Kesibukan, pada akhirnya, bukanlah alasan untuk berhenti belajar. Justru dari kesibukan itulah muncul motivasi untuk lebih cermat dalam mengatur waktu, lebih bijak dalam memilih aktivitas, dan lebih kreatif dalam mencari ruang belajar. Ketika guru terus belajar, mereka menjadi teladan bagi siswa. Mereka menunjukkan bahwa belajar tidak berhenti di ruang kelas atau bangku kuliah, tetapi berlangsung sepanjang hidup. Budaya belajar pun menular kepada siswa, membentuk atmosfer sekolah yang dinamis dan progresif.

Kolaborasi, kreativitas, dan komitmen adalah tiga kunci utama dalam menghadapi tantangan sebagai guru vokasi di era digital. Kolaborasi memungkinkan guru berbagi ide, saling menguatkan, dan berkembang bersama. Kreativitas mendorong lahirnya solusi-solusi baru dalam pembelajaran dan pengelolaan sekolah. Sementara komitmen menjadi fondasi utama yang menjaga semangat belajar tetap menyala, meski di tengah kesibukan yang tak pernah usai.

Kita patut mengapresiasi para guru yang terus belajar dan berinovasi, bukan hanya karena mereka melampaui batas waktu dan energi, tetapi karena mereka membuktikan bahwa pendidikan bukan sekadar profesi, melainkan panggilan hati. Guru vokasi yang terus belajar adalah investasi jangka panjang bagi kemajuan bangsa. Mereka membentuk generasi muda yang tidak hanya cerdas secara akademik, tetapi juga siap kerja, adaptif, dan berdaya saing tinggi.

Mari kita dukung para guru dalam perjalanan belajar mereka. Berikan ruang, fasilitasi pelatihan, dan apresiasi atas usaha mandiri mereka. Karena ketika guru tumbuh, maka siswa pun akan tumbuh. Dan ketika siswa tumbuh, masa depan bangsa akan semakin terang. Dengan langkah-langkah kecil namun konsisten, guru vokasi akan terus menjadi garda terdepan dalam menyiapkan generasi emas Indonesia.

Penulis : Joko Mulyono, S.Pd,  Guru Listrik SMK Muhammadiyah 2 Cepu

Share

Related Posts

Post a Comment

Confirmation of Closure

Are you sure you want to close this video playback?