- Posted by : Joko Mulyono
- on : July 25, 2025
Menjadi guru di sekolah vokasi pada era modern adalah tantangan yang luar
biasa. Peran mereka tidak hanya terbatas pada menyampaikan materi di ruang
kelas atau bengkel praktik, melainkan juga mencakup tugas-tugas tambahan yang
membutuhkan perhatian dan energi ekstra. Wali kelas, kepala bengkel, hingga
ketua jurusan adalah tanggung jawab yang menuntut manajemen waktu dan
konsistensi yang tinggi. Dalam kondisi seperti ini, banyak yang berpikir bahwa
peningkatan kompetensi diri menjadi hal yang sulit dilakukan. Namun faktanya,
sejumlah guru membuktikan bahwa kesibukan bukanlah penghalang untuk terus
belajar dan berkembang.
Peningkatan kompetensi guru, khususnya dalam bidang teknologi dan digital,
menjadi sebuah keniscayaan. Dunia industri terus bergerak cepat, dan jika
sekolah tidak mampu mengikuti perkembangan itu, maka lulusan yang dihasilkan
pun tidak akan relevan dengan kebutuhan pasar kerja. Di sinilah letak peran
krusial guru vokasi: tidak hanya sebagai pengajar, tetapi juga sebagai
pembelajar sepanjang hayat yang mampu menjembatani dunia pendidikan dengan
industri. Artikel ini mencoba menyoroti bagaimana guru tetap bisa belajar dan
berinovasi di tengah kesibukan, melalui strategi sederhana namun berdampak
besar.
Permasalahan utama yang dihadapi oleh guru vokasi terletak pada padatnya
aktivitas di lingkungan sekolah. Tugas tambahan seperti menjadi wali kelas
memerlukan perhatian terhadap kondisi emosional dan sosial siswa, penyusunan
laporan kehadiran, hingga komunikasi intensif dengan orang tua. Kepala bengkel
harus memastikan seluruh peralatan praktik tersedia, aman, dan layak digunakan.
Sementara ketua jurusan harus mengatur kurikulum, berkoordinasi dengan mitra
industri, dan mengawal kelancaran pembelajaran lintas kelas. Semua ini menyita
waktu dan fokus guru, hingga nyaris tidak tersisa untuk belajar hal baru.
Di sisi lain, rumah yang seharusnya menjadi tempat istirahat dan refleksi
pun menjadi ruang untuk menjalankan tanggung jawab keluarga. Bagi guru yang
telah berkeluarga, peran sebagai orang tua dan pasangan hidup tak bisa
diabaikan. Mengurus anak, menyiapkan kebutuhan rumah tangga, hingga menghadiri
kegiatan sosial masyarakat menjadi bagian dari rutinitas yang menyita perhatian.
Dalam kondisi seperti itu, sulit mencari waktu khusus untuk belajar secara
mendalam. Akibatnya, pengembangan diri sering kali terabaikan.
Namun, di tengah keterbatasan itu, beberapa guru menunjukkan bahwa komitmen
terhadap pembelajaran bisa tetap hidup dengan strategi yang tepat. Salah
satunya adalah memanfaatkan waktu libur secara produktif. Guru jurusan listrik,
misalnya, memanfaatkan akhir pekan atau hari libur dengan membawa box panel
listrik ke rumah. Mereka tidak hanya mempelajari ulang materi praktik, tetapi
juga mencoba merancang simulasi baru, menyempurnakan modul pembelajaran, bahkan
membuat rekaman video praktik untuk dibagikan ke siswa. Praktik ini tidak
memerlukan fasilitas canggih, cukup dengan ruang kecil di rumah dan komitmen
untuk terus belajar.
Strategi lain yang dilakukan adalah mengelola website sekolah. Bagi
sebagian guru, tugas ini mungkin tampak administratif. Namun jika dijalani
dengan semangat belajar, maka website sekolah bisa menjadi wahana pengembangan
diri yang luar biasa. Guru belajar mengatur tampilan halaman, menulis artikel,
mengunggah materi ajar, hingga membuat video pembelajaran. Dalam proses ini,
mereka otomatis mengasah keterampilan teknologi informasi, literasi digital,
dan desain komunikasi visual. Website sekolah pun hidup, bukan sekadar
formalitas, melainkan menjadi ruang berbagi pengetahuan yang dapat diakses
siswa dan masyarakat luas.
Lebih jauh lagi, beberapa guru mulai menekuni dunia pemrograman otomasi
industri. Perangkat lunak seperti CX Programmer, Zelio Soft 2, dan Simurelay
menjadi sahabat baru di malam hari atau saat akhir pekan. Mereka belajar membuat skema pengendalian motor,
sistem pencahayaan otomatis, hingga pengatur suhu berbasis sensor. Tidak hanya
sekadar memahami teori, guru benar-benar praktik membuat logika kontrol dan
mensimulasikannya. Hasil karya mereka bahkan didokumentasikan dalam bentuk
video pembelajaran yang diunggah ke YouTube atau dibagikan melalui grup
komunitas guru vokasi.
Dampak dari langkah-langkah ini sangat terasa. Dalam bidang Programmable Logic Controller (PLC) dan
smart relay, kompetensi guru meningkat secara signifikan. Mereka tidak hanya
menguasai materi, tetapi juga mampu menyampaikannya dengan cara yang menarik
dan mudah dipahami siswa. Video pembelajaran yang mereka buat menjadi sumber
belajar alternatif yang dapat diakses kapan saja, bahkan oleh guru-guru lain
yang membutuhkan inspirasi. Pembelajaran
pun tidak lagi monoton, melainkan interaktif, aktual, dan kontekstual.
Website sekolah pun turut mengalami perubahan. Dari yang semula hanya
berisi pengumuman dan dokumentasi kegiatan, kini menjadi pusat informasi dan
inspirasi. Guru-guru mulai mengisi konten secara rutin, baik berupa artikel
motivasi, profil alumni, karya siswa, hingga tutorial teknis. Sekolah menjadi
dikenal tidak hanya karena gedungnya, tetapi juga karena jejak digital yang
aktif dan berkualitas. Website sekolah menjelma menjadi media promosi yang
efektif, terlebih di masa pendaftaran siswa baru, karena masyarakat bisa
melihat langsung semangat dan kreativitas yang tumbuh di lingkungan sekolah.
Yang paling penting, semua proses ini menumbuhkan
karakter guru yang mandiri dan kreatif. Mereka tidak menunggu datangnya pelatihan, melainkan menciptakan pelatihan
mereka sendiri. Mereka tidak tergantung pada fasilitas, tetapi memanfaatkan apa
yang tersedia untuk terus berkembang. Inilah ciri khas guru vokasi sejati:
mampu menjawab tantangan zaman dengan inovasi, mampu menginspirasi siswa dengan
keteladanan.
Kesibukan, pada akhirnya, bukanlah alasan untuk berhenti belajar. Justru
dari kesibukan itulah muncul motivasi untuk lebih cermat dalam mengatur waktu,
lebih bijak dalam memilih aktivitas, dan lebih kreatif dalam mencari ruang
belajar. Ketika guru terus belajar, mereka menjadi teladan bagi siswa. Mereka
menunjukkan bahwa belajar tidak berhenti di ruang kelas atau bangku kuliah,
tetapi berlangsung sepanjang hidup. Budaya belajar pun menular kepada siswa, membentuk atmosfer sekolah yang
dinamis dan progresif.
Kolaborasi, kreativitas, dan komitmen adalah tiga
kunci utama dalam menghadapi tantangan sebagai guru vokasi di era digital.
Kolaborasi memungkinkan guru berbagi ide, saling menguatkan, dan berkembang
bersama. Kreativitas mendorong lahirnya solusi-solusi baru dalam pembelajaran
dan pengelolaan sekolah. Sementara komitmen menjadi fondasi utama yang menjaga
semangat belajar tetap menyala, meski di tengah kesibukan yang tak pernah usai.
Kita patut mengapresiasi para guru yang terus belajar
dan berinovasi, bukan hanya karena mereka melampaui batas waktu dan energi, tetapi
karena mereka membuktikan bahwa pendidikan bukan sekadar profesi, melainkan
panggilan hati. Guru vokasi yang terus
belajar adalah investasi jangka panjang bagi kemajuan bangsa. Mereka membentuk
generasi muda yang tidak hanya cerdas secara akademik, tetapi juga siap kerja,
adaptif, dan berdaya saing tinggi.
Mari kita dukung para guru dalam perjalanan belajar mereka. Berikan ruang,
fasilitasi pelatihan, dan apresiasi atas usaha mandiri mereka. Karena ketika
guru tumbuh, maka siswa pun akan tumbuh. Dan ketika siswa tumbuh, masa depan
bangsa akan semakin terang. Dengan langkah-langkah kecil namun konsisten, guru
vokasi akan terus menjadi garda terdepan dalam menyiapkan generasi emas
Indonesia.
Penulis : Joko Mulyono, S.Pd,
Guru Listrik SMK Muhammadiyah 2 Cepu
