Skip to Content
Loading...
Nur Imamah
Nur Imamah
Online
Halo 👋
Ada yang bisa dibantu?

Dari Bengkel ke Mushola: Ketika Siswa SMK Merawat AC Tempat Ibadah

 



Tempat ibadah bukan hanya ruang spiritual, tetapi juga menjadi pusat kehidupan sosial masyarakat. Kenyamanan jamaah dalam beribadah menjadi salah satu faktor penting agar ibadah dapat dilakukan dengan khusyuk. Di tengah cuaca yang semakin panas dan lingkungan perkotaan yang padat, keberadaan pendingin udara (AC) di mushola dan masjid menjadi kebutuhan yang semakin relevan. Namun, di balik kenyamanan yang dihadirkan AC, terdapat kebutuhan perawatan rutin agar alat tersebut tetap berfungsi dengan baik dan tidak menimbulkan gangguan.

Sayangnya, tidak semua tempat ibadah memiliki sumber daya yang cukup untuk merawat fasilitas yang dimiliki. Banyak mushola kecil di lingkungan perkampungan atau pinggiran kota yang telah menerima bantuan atau sumbangan AC, namun tidak dibarengi dengan anggaran perawatan. Di sisi lain, masjid-masjid yang lebih besar pun menghadapi tantangan serupa, terutama dalam hal kontinuitas dan biaya perawatan berkala. Kondisi ini mengakibatkan banyak AC di tempat ibadah menjadi kotor, tidak dingin, bahkan rusak dan akhirnya dibiarkan tidak berfungsi.

Melihat kondisi tersebut, SMK Muhammadiyah 2 Cepu melalui jurusan Teknik Instalasi Tenaga Listrik mengambil langkah nyata. Mereka menyadari bahwa ilmu yang dimiliki para siswa tidak hanya untuk keperluan industri dan pekerjaan semata, tetapi juga bisa menjadi sarana ibadah dan pengabdian kepada masyarakat. Maka lahirlah sebuah kegiatan sederhana namun berdampak besar: bakti sosial perawatan dan pencucian AC di mushola dan masjid sekitar sekolah. Kegiatan ini bukan hanya menjawab kebutuhan teknis di masyarakat, tetapi juga menjadi media pembelajaran karakter bagi siswa.

Masalah minimnya dana perawatan AC di mushola menjadi kenyataan sehari-hari. Banyak pengurus mushola yang mengaku tak sanggup membayar jasa teknisi untuk sekadar mencuci filter atau memeriksa unit pendingin. Dana infak lebih banyak dialokasikan untuk kebutuhan operasional dasar, seperti listrik dan air. Akibatnya, AC dibiarkan menyala dalam kondisi kotor, mengurangi efektivitas pendinginan dan menambah beban listrik. Dalam jangka panjang, hal ini bisa merusak unit dan membuatnya benar-benar tidak bisa digunakan.

Masjid pun tak lepas dari tantangan serupa. Meski lebih besar dan memiliki jumlah jamaah yang banyak, pengeluaran masjid juga lebih besar. Perawatan AC menjadi beban tambahan yang sering kali hanya dilakukan saat kerusakan sudah terjadi. Padahal, jika dirawat secara berkala, AC dapat bertahan lebih lama dan berfungsi optimal untuk melayani kenyamanan jamaah.

Melihat situasi ini, Jurusan Teknik Instalasi Tenaga Listrik di SMK Muhammadiyah 2 Cepu merasa terpanggil. Mereka memiliki segala yang dibutuhkan: siswa yang sedang belajar tentang sistem kelistrikan, peralatan teknis perawatan AC yang cukup, dan guru-guru pembimbing yang berpengalaman di bidangnya. Dengan dukungan penuh dari pimpinan sekolah, maka dimulailah program bakti sosial yang menargetkan tempat ibadah sebagai lokasi utama pelaksanaan.

Kegiatan ini dirancang tidak sekadar menjadi kerja bakti biasa. Perencanaan matang dilakukan mulai dari pemetaan lokasi mushola dan masjid yang membutuhkan bantuan, koordinasi dengan pengurus, hingga penjadwalan teknis dan logistik. Para siswa dibagi dalam tim-tim kecil yang didampingi oleh guru pembimbing. Mereka membawa perlengkapan lengkap seperti pompa cuci AC, tangga, kain lap, cairan pembersih, dan alat kelistrikan untuk pemeriksaan sambungan.

Pelaksanaan di lapangan menjadi momen pembelajaran yang nyata. Para siswa tidak hanya menerapkan teori yang mereka pelajari di kelas, tetapi juga belajar berinteraksi dengan masyarakat. Mereka mengatur ulang penempatan AC agar lebih aman, membersihkan filter, mencuci evaporator, hingga mengecek instalasi listrik yang menghubungkan unit. Terkadang mereka juga memberi edukasi sederhana kepada pengurus mushola atau takmir masjid mengenai cara merawat AC secara mandiri.

Respon masyarakat luar biasa. Banyak pengurus mushola yang tak menyangka siswa-siswa muda mampu bekerja dengan cekatan dan profesional. Mereka menyaksikan langsung bagaimana kerja tim antara siswa dan guru berjalan efektif, bagaimana alat-alat digunakan secara hati-hati, dan bagaimana hasil akhir membuat ruangan kembali dingin dan nyaman. Tak jarang, setelah selesai, jamaah yang beribadah malam atau salat Jumat merasa sangat terbantu dengan suasana sejuk yang kembali hadir di ruang ibadah.

Bagi para siswa, kegiatan ini bukan sekadar praktik kerja lapangan, tetapi pengalaman emosional dan spiritual. Mereka merasakan kepuasan batin saat melihat senyum pengurus mushola, ucapan terima kasih dari jamaah, atau sekadar menikmati sejuknya udara hasil kerja tangan mereka sendiri. Kebanggaan ini menjadi penguat motivasi untuk terus belajar dan mengasah keterampilan.

Di sisi lain, kegiatan ini juga membawa manfaat jangka panjang bagi sekolah. Komunikasi antara SMK Muhammadiyah 2 Cepu dengan masyarakat sekitar menjadi lebih erat. Sekolah tidak lagi dipandang sebagai institusi tertutup, tetapi sebagai bagian dari solusi bagi lingkungan sekitarnya. Ketika para orang tua, pengurus mushola, dan tokoh masyarakat melihat langsung kompetensi dan etos kerja siswa, muncul harapan dan kepercayaan bahwa lulusan SMK ini benar-benar siap menghadapi dunia kerja.

Secara tidak langsung, kegiatan ini juga berdampak pada promosi sekolah. Banyak siswa SMP dan MTs di sekitar yang mulai tertarik untuk melanjutkan ke SMK Muhammadiyah 2 Cepu, khususnya jurusan listrik, karena mereka melihat langsung aksi nyata para kakak kelasnya. Mereka menyadari bahwa belajar di SMK bukan hanya soal teori di kelas, tetapi juga tentang bagaimana keahlian bisa digunakan untuk membantu sesama.

Efisiensi biaya operasional tempat ibadah juga meningkat. Mushola dan masjid yang mendapatkan layanan bakti sosial tidak lagi perlu membayar jasa teknisi swasta yang biayanya bisa cukup besar. Dengan AC yang bersih dan berfungsi baik, konsumsi listrik pun bisa lebih efisien, dan daya tahan unit pendingin menjadi lebih panjang. Ini adalah sinergi sempurna antara pendidikan vokasi dan pelayanan sosial.

Lebih dari itu, kegiatan ini memperkuat misi pendidikan karakter. Siswa belajar tentang empati, tanggung jawab, kerja sama, dan rasa memiliki terhadap komunitas. Mereka belajar bahwa ilmu yang mereka miliki bukan hanya untuk mencari nafkah, tetapi juga untuk berbagi manfaat. Dalam setiap tetes air yang digunakan untuk mencuci AC, dalam setiap baut yang dikencangkan, terselip nilai-nilai keikhlasan dan pengabdian.

Sebagai penutup, kegiatan bakti sosial perawatan AC di mushola dan masjid yang dilakukan oleh jurusan listrik SMK Muhammadiyah 2 Cepu adalah contoh nyata bahwa keahlian teknis bisa menjadi jalan ibadah. Di tengah tantangan keterbatasan, mereka hadir membawa solusi. Di tengah kecanggihan teknologi, mereka tetap mengedepankan nilai kemanusiaan. Semoga langkah inspiratif ini menjadi contoh bagi sekolah-sekolah lain untuk turut berkontribusi dalam menjaga kenyamanan dan kebersihan tempat ibadah di lingkungan masing-masing. Karena sejatinya, pendidikan yang sejati bukan hanya tentang apa yang diajarkan di kelas, tetapi tentang bagaimana ilmu itu diterapkan untuk kebaikan bersama.

Penulis : Joko Mulyono, S.Pd,  Guru Listrik SMK Muhammadiyah 2 Cepu

Share

Related Posts

Post a Comment

Confirmation of Closure

Are you sure you want to close this video playback?