- Posted by : Joko Mulyono
- on : August 14, 2025
Tempat
ibadah bukan hanya ruang spiritual, tetapi juga menjadi pusat kehidupan sosial
masyarakat. Kenyamanan jamaah dalam beribadah menjadi salah satu faktor penting
agar ibadah dapat dilakukan dengan khusyuk. Di tengah cuaca yang semakin panas
dan lingkungan perkotaan yang padat, keberadaan pendingin udara (AC) di mushola
dan masjid menjadi kebutuhan yang semakin relevan. Namun, di balik kenyamanan
yang dihadirkan AC, terdapat kebutuhan perawatan rutin agar alat tersebut tetap
berfungsi dengan baik dan tidak menimbulkan gangguan.
Sayangnya,
tidak semua tempat ibadah memiliki sumber daya yang cukup untuk merawat
fasilitas yang dimiliki. Banyak mushola kecil di lingkungan perkampungan atau
pinggiran kota yang telah menerima bantuan atau sumbangan AC, namun tidak
dibarengi dengan anggaran perawatan. Di sisi lain, masjid-masjid yang lebih
besar pun menghadapi tantangan serupa, terutama dalam hal kontinuitas dan biaya
perawatan berkala. Kondisi ini mengakibatkan banyak AC di tempat ibadah menjadi
kotor, tidak dingin, bahkan rusak dan akhirnya dibiarkan tidak berfungsi.
Melihat
kondisi tersebut, SMK Muhammadiyah 2 Cepu melalui jurusan Teknik Instalasi
Tenaga Listrik mengambil langkah nyata. Mereka menyadari bahwa ilmu yang
dimiliki para siswa tidak hanya untuk keperluan industri dan pekerjaan semata,
tetapi juga bisa menjadi sarana ibadah dan pengabdian kepada masyarakat. Maka
lahirlah sebuah kegiatan sederhana namun berdampak besar: bakti sosial
perawatan dan pencucian AC di mushola dan masjid sekitar sekolah. Kegiatan ini
bukan hanya menjawab kebutuhan teknis di masyarakat, tetapi juga menjadi media
pembelajaran karakter bagi siswa.
Masalah minimnya dana perawatan AC di mushola menjadi kenyataan
sehari-hari. Banyak pengurus mushola yang mengaku tak sanggup membayar jasa
teknisi untuk sekadar mencuci filter atau memeriksa unit pendingin. Dana infak
lebih banyak dialokasikan untuk kebutuhan operasional dasar, seperti listrik
dan air. Akibatnya, AC dibiarkan menyala dalam kondisi kotor, mengurangi
efektivitas pendinginan dan menambah beban listrik. Dalam jangka panjang, hal
ini bisa merusak unit dan membuatnya benar-benar tidak bisa digunakan.
Masjid pun tak lepas dari tantangan serupa. Meski lebih besar dan memiliki
jumlah jamaah yang banyak, pengeluaran masjid juga lebih besar. Perawatan AC
menjadi beban tambahan yang sering kali hanya dilakukan saat kerusakan sudah
terjadi. Padahal, jika dirawat secara berkala, AC dapat bertahan lebih lama dan
berfungsi optimal untuk melayani kenyamanan jamaah.
Melihat situasi ini, Jurusan Teknik Instalasi Tenaga Listrik di SMK
Muhammadiyah 2 Cepu merasa terpanggil. Mereka memiliki segala yang dibutuhkan:
siswa yang sedang belajar tentang sistem kelistrikan, peralatan teknis
perawatan AC yang cukup, dan guru-guru pembimbing yang berpengalaman di
bidangnya. Dengan dukungan penuh dari pimpinan sekolah, maka dimulailah program
bakti sosial yang menargetkan tempat ibadah sebagai lokasi utama pelaksanaan.
Kegiatan ini dirancang tidak sekadar menjadi kerja bakti biasa. Perencanaan
matang dilakukan mulai dari pemetaan lokasi mushola dan masjid yang membutuhkan
bantuan, koordinasi dengan pengurus, hingga penjadwalan teknis dan logistik.
Para siswa dibagi dalam tim-tim kecil yang didampingi oleh guru pembimbing.
Mereka membawa perlengkapan lengkap seperti pompa cuci AC, tangga, kain lap,
cairan pembersih, dan alat kelistrikan untuk pemeriksaan sambungan.
Pelaksanaan di lapangan menjadi momen pembelajaran yang nyata. Para siswa
tidak hanya menerapkan teori yang mereka pelajari di kelas, tetapi juga belajar
berinteraksi dengan masyarakat. Mereka mengatur ulang penempatan AC agar lebih
aman, membersihkan filter, mencuci evaporator, hingga mengecek instalasi
listrik yang menghubungkan unit. Terkadang mereka juga memberi edukasi
sederhana kepada pengurus mushola atau takmir masjid mengenai cara merawat AC
secara mandiri.
Respon masyarakat luar biasa. Banyak pengurus mushola yang tak menyangka
siswa-siswa muda mampu bekerja dengan cekatan dan profesional. Mereka
menyaksikan langsung bagaimana kerja tim antara siswa dan guru berjalan
efektif, bagaimana alat-alat digunakan secara hati-hati, dan bagaimana hasil
akhir membuat ruangan kembali dingin dan nyaman. Tak jarang, setelah selesai,
jamaah yang beribadah malam atau salat Jumat merasa sangat terbantu dengan
suasana sejuk yang kembali hadir di ruang ibadah.
Bagi para siswa, kegiatan ini bukan sekadar praktik kerja lapangan, tetapi
pengalaman emosional dan spiritual. Mereka merasakan kepuasan batin saat
melihat senyum pengurus mushola, ucapan terima kasih dari jamaah, atau sekadar
menikmati sejuknya udara hasil kerja tangan mereka sendiri. Kebanggaan ini
menjadi penguat motivasi untuk terus belajar dan mengasah keterampilan.
Di sisi lain, kegiatan ini juga membawa manfaat jangka panjang bagi
sekolah. Komunikasi antara SMK Muhammadiyah 2 Cepu dengan masyarakat sekitar
menjadi lebih erat. Sekolah tidak lagi dipandang sebagai institusi tertutup,
tetapi sebagai bagian dari solusi bagi lingkungan sekitarnya. Ketika para orang
tua, pengurus mushola, dan tokoh masyarakat melihat langsung kompetensi dan
etos kerja siswa, muncul harapan dan kepercayaan bahwa lulusan SMK ini
benar-benar siap menghadapi dunia kerja.
Secara tidak langsung, kegiatan ini juga berdampak pada promosi sekolah.
Banyak siswa SMP dan MTs di sekitar yang mulai tertarik untuk melanjutkan ke
SMK Muhammadiyah 2 Cepu, khususnya jurusan listrik, karena mereka melihat
langsung aksi nyata para kakak kelasnya. Mereka menyadari bahwa belajar di SMK
bukan hanya soal teori di kelas, tetapi juga tentang bagaimana keahlian bisa
digunakan untuk membantu sesama.
Efisiensi biaya operasional tempat ibadah juga meningkat. Mushola dan
masjid yang mendapatkan layanan bakti sosial tidak lagi perlu membayar jasa
teknisi swasta yang biayanya bisa cukup besar. Dengan AC yang bersih dan
berfungsi baik, konsumsi listrik pun bisa lebih efisien, dan daya tahan unit
pendingin menjadi lebih panjang. Ini adalah sinergi sempurna antara pendidikan
vokasi dan pelayanan sosial.
Lebih dari itu, kegiatan ini memperkuat misi pendidikan karakter. Siswa
belajar tentang empati, tanggung jawab, kerja sama, dan rasa memiliki terhadap
komunitas. Mereka belajar bahwa ilmu yang mereka miliki bukan hanya untuk
mencari nafkah, tetapi juga untuk berbagi manfaat. Dalam setiap tetes air yang
digunakan untuk mencuci AC, dalam setiap baut yang dikencangkan, terselip
nilai-nilai keikhlasan dan pengabdian.
Sebagai penutup, kegiatan bakti sosial perawatan AC di mushola dan masjid
yang dilakukan oleh jurusan listrik SMK Muhammadiyah 2 Cepu adalah contoh nyata
bahwa keahlian teknis bisa menjadi jalan ibadah. Di tengah tantangan
keterbatasan, mereka hadir membawa solusi. Di tengah kecanggihan teknologi,
mereka tetap mengedepankan nilai kemanusiaan. Semoga langkah inspiratif ini
menjadi contoh bagi sekolah-sekolah lain untuk turut berkontribusi dalam
menjaga kenyamanan dan kebersihan tempat ibadah di lingkungan masing-masing.
Karena sejatinya, pendidikan yang sejati bukan hanya tentang apa yang diajarkan
di kelas, tetapi tentang bagaimana ilmu itu diterapkan untuk kebaikan bersama.
Penulis : Joko Mulyono, S.Pd,
Guru Listrik SMK Muhammadiyah 2 Cepu