Skip to Content
Loading...
Nur Imamah
Nur Imamah
Online
Halo 👋
Ada yang bisa dibantu?

Dari PKL Menjadi Karyawan Tetap: Kisah Inspiratif Siswa Listrik di PT. Bambang Djaja Surabaya

 



 

Di dunia pendidikan vokasi, Praktik Kerja Lapangan (PKL) bukan sekadar kegiatan pelengkap kurikulum. Ia adalah jembatan nyata antara dunia sekolah dan dunia kerja, ruang transisi dari ruang teori ke dunia praktik. PKL membuka cakrawala baru bagi siswa, mempertemukan mereka dengan tantangan dunia industri yang sesungguhnya. Di sinilah siswa belajar, beradaptasi, dan mempersiapkan diri menghadapi realitas kerja yang keras namun menjanjikan. Bagi siswa jurusan kelistrikan, PT. Bambang Djaja Surabaya telah lama menjadi simbol harapan dan impian. Sebuah perusahaan mapan yang menjadi tujuan banyak siswa untuk menimba pengalaman, bahkan berharap bisa menapakkan kaki sebagai karyawan tetap.

Namun, tak semua impian bisa diwujudkan dengan mudah. Di balik satu kisah sukses, terdapat perjuangan panjang, kerja keras tanpa pamrih, dan keyakinan yang tak goyah. Artikel ini mencoba menuturkan salah satu kisah nyata yang lahir dari rahim PKL: perjuangan seorang siswa hingga akhirnya diterima sebagai karyawan tetap di perusahaan impiannya. Kisah yang tidak hanya menyentuh, tetapi juga menjadi cambuk semangat bagi banyak siswa lain yang tengah memulai perjalanan serupa.

Antusiasme siswa jurusan listrik terhadap PKL di PT. Bambang Djaja sangat tinggi. Nama perusahaan ini sudah lama menjadi pembicaraan hangat di kalangan siswa, terutama karena reputasinya sebagai perusahaan produsen trafo terbesar di Indonesia. Tidak hanya itu, fasilitas yang ditawarkan selama PKL seperti uang makan, jam kerja yang teratur, dan sistem pelatihan profesional menjadi daya tarik tersendiri. Namun, di balik semangat tinggi itu, terdapat tantangan besar: minimnya fasilitasi dari pihak sekolah. Banyak siswa yang ingin menempuh PKL di sana, tetapi tidak tahu bagaimana caranya. Sekolah pun belum secara optimal membangun jalur komunikasi yang kuat dengan perusahaan, sehingga peluang untuk menjalin kerja sama strategis sering terlewatkan.

Permasalahan lain yang kerap muncul adalah kurangnya komunikasi antara pihak sekolah dan perusahaan selama proses PKL berlangsung. Siswa seakan dilepas begitu saja tanpa pendampingan yang memadai. Perkembangan mereka tidak terpantau, kesulitan yang dihadapi di lapangan sering tidak tersampaikan ke guru pembimbing. Hal ini membuat pengalaman PKL berjalan secara sepihak dan potensi keberhasilannya tidak dimaksimalkan. Padahal, peran guru dan kepala bengkel sangat krusial dalam memastikan siswa mendapatkan pengalaman belajar yang bermakna dan sesuai dengan standar industri.

Dari tantangan-tantangan tersebut, muncullah satu kisah luar biasa dari seorang siswa bernama Yusuf Nandagis, yang menunjukkan bahwa tekad dan kerja keras bisa mengubah takdir. Ia pertama kali mengenal PT. Bambang Djaja saat guru jurusan menyampaikan adanya kuota PKL ke Surabaya. Tanpa ragu,  Yusuf Nandagis mengajukan diri. Motivasi utamanya bukan semata ingin belajar di perusahaan besar, tetapi juga karena adanya tunjangan uang makan yang bisa meringankan beban orang tua di rumah. Ia ingin mandiri, hidup di perantauan, dan menunjukkan bahwa dirinya mampu bertanggung jawab atas pilihannya.

Kehidupan di Surabaya tidak mudah. Yusuf Nandagis tinggal di sebuah rumah kos sederhana bersama teman-temannya. Di sinilah ia belajar banyak hal: mencuci pakaian sendiri, mengatur uang makan, bangun pagi tanpa dibangunkan orang tua, hingga belajar menghadapi tekanan pekerjaan. Namun, semua itu dilaluinya dengan hati gembira. Ia selalu mengenang ibu dan bapak kos yang begitu perhatian. Setiap malam, mereka menyiapkan makanan hangat, mengingatkan untuk tidak tidur terlalu larut, bahkan mendoakan anak-anak kos seperti anak kandung sendiri. Saat masa PKL berakhir, perpisahan itu menjadi momen yang menguras air mata. Bukan hanya karena harus meninggalkan tempat yang nyaman, tapi karena hubungan emosional yang telah terjalin begitu kuat.

Setelah kembali ke sekolah dan menyelesaikan ujian akhir, Yusuf Nandagis menyimpan satu harapan besar: bisa kembali ke PT. Bambang Djaja sebagai karyawan. Selama satu tahun penuh, ia menjaga komunikasi dengan pegawai yang dulu menjadi pembimbingnya. Ia tidak putus asa meski panggilan tak kunjung datang. Hingga suatu hari, telepon berdering. Sebuah kesempatan terbuka untuk mengikuti proses rekrutmen. Dengan semangat membara, ia kembali ke Surabaya, mengikuti rangkaian tes dan pelatihan yang ketat. Ia harus melewati masa training di berbagai bagian, bahkan sempat dimutasi ke luar kota. Namun, semua itu dijalaninya dengan penuh semangat. Hingga akhirnya, ia resmi dikontrak sebagai karyawan tetap. Sebuah pencapaian yang lahir dari doa, kerja keras, dan semangat pantang menyerah.

Kisah Yusuf Nandagis menjadi bahan refleksi yang sangat penting bagi sekolah. Bahwa di balik kesuksesan satu siswa, ada tanggung jawab besar dari lembaga pendidikan untuk mendukung, membimbing, dan memfasilitasi. Menyadari hal ini, sekolah kemudian mengambil langkah strategis untuk memperkuat kerja sama dengan PT. Bambang Djaja. Kepala program keahlian dan guru produktif secara aktif menjalin komunikasi, menyiapkan dokumen kerja sama, dan menyusun skema penempatan PKL yang lebih terstruktur. Tujuannya jelas: memberi kesempatan lebih luas bagi siswa lain untuk mengikuti jejak Yusuf Nandagis.

Selama PKL berlangsung, guru pembimbing dari sekolah secara berkala menghubungi siswa dan perusahaan untuk memantau kondisi. Jika ada kendala teknis atau psikis, segera ditindaklanjuti dengan bimbingan. Dokumentasi kegiatan siswa juga dilakukan secara teratur, sehingga progres belajar mereka bisa diukur dan dievaluasi. Pendampingan ini terbukti sangat membantu siswa merasa lebih percaya diri dan terarah.

Hasil dari upaya ini mulai terlihat nyata. Tidak hanya Yusuf Nandagis, beberapa siswa lain mulai mendapatkan kesempatan yang sama untuk bekerja di PT. Bambang Djaja setelah PKL. Perusahaan pun mulai menunjukkan kepercayaan yang lebih besar terhadap kualitas siswa dari sekolah tersebut. Mereka menyadari bahwa siswa tidak hanya datang dengan kemampuan teknis, tetapi juga dengan semangat belajar, etika kerja, dan karakter yang kuat—semua itu dibentuk oleh lingkungan sekolah yang mendukung.

Kisah Yusuf Nandagis menyebar luas di kalangan siswa. Ia kerap diundang ke sekolah untuk berbagi pengalaman. Ceritanya menjadi inspirasi dan motivasi bagi adik-adik kelasnya. Banyak dari mereka yang kemudian menetapkan mimpi yang sama: bisa PKL di perusahaan ternama dan kembali sebagai karyawan tetap. Semangat itu menyala di setiap ruang kelas, bengkel, dan ruang guru. Sekolah tidak lagi memandang PKL sebagai rutinitas tahunan, tetapi sebagai strategi nyata membangun masa depan siswa.

Akhirnya, kita harus menyadari bahwa dari PKL bisa lahir karyawan-karyawan tangguh yang siap menghadapi dunia kerja. Proses ini tidak boleh dipandang sebelah mata. Sekolah perlu terus memperkuat hubungan dengan dunia industri, memastikan setiap siswa mendapatkan pengalaman terbaik yang mungkin bisa mengubah hidup mereka. Kisah Yusuf Nandagis bukan satu-satunya, dan tidak boleh menjadi yang terakhir. Dengan kerja sama yang baik, pendampingan yang konsisten, dan doa yang tak putus, akan lahir lebih banyak lagi kisah sukses dari ruang bengkel SMK menuju lantai produksi perusahaan ternama.

Dan kepada siswa yang kini sedang menyiapkan diri untuk PKL, ingatlah bahwa ini adalah awal dari perjalanan besar. Jalani dengan sungguh-sungguh, karena dari sinilah masa depan bisa dimulai.

Penulis : Joko Mulyono, S.Pd,  Guru Listrik SMK Muhammadiyah 2 Cepu

 


Share

Related Posts

Post a Comment

Confirmation of Closure

Are you sure you want to close this video playback?