- Posted by : Joko Mulyono
- on : August 12, 2025
Perkembangan
teknologi kecerdasan buatan atau Artificial Intelligence (AI) telah
menjadi revolusi besar dalam berbagai bidang kehidupan, mulai dari industri,
komunikasi, hingga pendidikan. Dunia bergerak cepat menuju era baru, di mana
keterampilan digital menjadi kebutuhan dasar yang wajib dimiliki setiap
individu. Dalam konteks ini, dunia pendidikan dituntut untuk mampu beradaptasi,
merespons perubahan, dan menyiapkan generasi muda dengan kecakapan yang relevan
dengan masa depan.
SMK
Muhammadiyah 2 Cepu menjadi salah satu sekolah yang menjawab tantangan tersebut
dengan langkah strategis yang luar biasa. Di tengah minimnya akses terhadap
teknologi canggih di daerah Cepu dan Blora, sekolah ini justru mengambil
terobosan berani: menghadirkan Kelas Konten Kreator AI sebagai bentuk kesiapan
menghadapi kurikulum 2025/2026 yang akan memuat mata pelajaran pilihan seputar AI
dan coding. Langkah ini bukan hanya menjadi inovasi lokal, tetapi juga
penanda bahwa transformasi pendidikan tidak harus menunggu kesiapan
pusat—justru bisa dimulai dari sekolah-sekolah pinggiran yang visioner dan
progresif.
Tujuan dari penyelenggaraan Kelas Konten Kreator AI ini sangat jelas: membekali
siswa dengan keterampilan masa depan berbasis teknologi cerdas. Tidak hanya
sekadar memperkenalkan teknologi AI secara teoritis, namun langsung mengajarkan
bagaimana siswa dapat menggunakan berbagai platform AI dalam proses kreatif,
baik di bidang tulis-menulis, desain grafis, maupun produksi multimedia. Kelas
ini menjadi jawaban konkret atas tantangan masa depan, sekaligus jalan bagi
siswa untuk berkarya, berpikir kritis, dan membangun portofolio digital sejak
dini.
Namun, sebelum mencapai titik keberhasilan, perjalanan SMK Muhammadiyah 2
Cepu tidaklah mudah. Di wilayah Cepu dan Blora, pemahaman tentang teknologi AI
masih sangat terbatas. Praktisi AI dari Forum Kreator Era AI Jawa Tengah, Bapak
Gunawan Trihantoro, yang turut mendampingi program ini, mengungkapkan bahwa
masih banyak sekolah dan tenaga pendidik yang belum memahami apa itu AI,
apalagi menerapkannya dalam proses belajar-mengajar. Sosialisasi yang minim,
ditambah keterbatasan fasilitas dan sumber daya manusia, membuat banyak sekolah
ragu untuk mulai.
Selain itu, kesiapan menghadapi kurikulum 2025/2026 juga menjadi tantangan
tersendiri. Kurikulum yang dirancang Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
tersebut akan membuka pilihan mata pelajaran baru seperti AI dan coding. Namun,
sebagian besar sekolah masih gamang—belum memiliki tenaga pengajar yang
menguasai materi, belum ada modul pembelajaran yang terstandar, dan belum
terbentuk budaya belajar teknologi secara aktif di lingkungan sekolah. Ini
membuat adopsi kurikulum baru menjadi proses yang tidak bisa hanya mengandalkan
instruksi pemerintah, melainkan harus dibarengi inisiatif dan kesiapan internal
sekolah.
Menjawab permasalahan tersebut, SMK Muhammadiyah 2 Cepu memulai
transformasi dengan menggelar Pelatihan Konten Kreator AI secara intensif.
Dalam pelatihan ini, Bapak Gunawan Trihantoro membimbing langsung siswa dan
guru dengan materi yang sangat aplikatif. Peserta diajak untuk memahami dan
menggunakan beragam platform AI seperti ChatGPT untuk penulisan dan ide
kreatif, Leonardo AI untuk desain visual, Suno AI untuk kreasi musik, dan
Bing.com yang telah dilengkapi fitur AI generatif. Dari sini, siswa tidak hanya
menjadi pengguna teknologi, tetapi juga kreator konten digital yang mampu
menciptakan sesuatu yang bernilai dan berdampak.
Yang menarik, pelatihan ini tidak hanya menyasar siswa, tetapi juga
melibatkan guru secara aktif. Kolaborasi praktisi dan pendidik inilah yang
menjadi kekuatan utama program ini. Siswa tidak merasa digurui, melainkan
diajak untuk bereksperimen dan bereksplorasi bersama guru. Terbentuklah
ekosistem pembelajaran yang menyenangkan, dinamis, dan berbasis teknologi. Guru
pun mendapatkan pengalaman baru dan keterampilan tambahan yang sangat penting
dalam menyambut kurikulum berbasis AI.
Dampak positif dari pelatihan ini segera terlihat. SMK Muhammadiyah 2 Cepu
berhasil mendapatkan pengakuan nasional sebagai penyelenggara Kelas Kreator AI
pertama di Indonesia. Penghargaan ini bukan hanya soal predikat, melainkan
simbol keberanian sekolah dalam memimpin perubahan di tengah keterbatasan.
Sekolah ini tidak menunggu kemajuan datang dari luar, tetapi memilih untuk
menciptakan kemajuan dari dalam.
Tak hanya berhenti pada pelatihan, para siswa peserta kelas AI langsung
menghasilkan karya nyata berbasis teknologi. Salah satunya adalah peluncuran
buku album musikalisasi puisi berjudul “Semangat Sumpah Pemuda, Dari Kata ke
Nada”. Karya ini menggabungkan teks puisi, desain sampul, ilustrasi, hingga
musik latar yang seluruhnya dihasilkan dengan bantuan teknologi AI. Proyek ini
membuktikan bahwa AI bisa menjadi mitra produktif dalam proses berkesenian dan
pendidikan karakter. Lebih membanggakan lagi, peluncuran buku ini
diselenggarakan secara resmi di Kantor Dinas Perpustakaan dan Kearsipan (DPK)
Blora, yang menjadi ajang apresiasi atas kreativitas siswa dan inovasi sekolah.
Peluncuran buku ini juga menjadi bukti bahwa AI bukan hanya milik orang
kota atau kalangan elit digital. Di tangan siswa SMK dari kota kecil, AI bisa
menjadi jembatan ekspresi, media belajar, dan sarana berkarya yang tak
terbatas. Karya yang dilahirkan tidak hanya berdampak pada internal sekolah,
tetapi juga menjadi inspirasi bagi komunitas pendidikan lain di wilayah Blora
dan sekitarnya.
Lebih jauh, inisiatif SMK Muhammadiyah 2 Cepu menghadirkan kelas AI adalah
bentuk gerakan literasi teknologi yang sesungguhnya. Dalam banyak kasus,
teknologi hadir ke sekolah-sekolah hanya sebagai alat bantu atau formalitas
kurikulum. Namun di sini, teknologi benar-benar menjadi bagian dari budaya
belajar. Siswa tidak hanya belajar apa itu AI, tetapi juga bagaimana
memanfaatkannya secara etis dan produktif. Dengan pola pikir semacam ini, siswa
dibekali dengan modal besar untuk menghadapi dunia kerja maupun melanjutkan
pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi.
Keberhasilan program ini juga tak lepas dari kepemimpinan sekolah yang
terbuka terhadap inovasi. Kolaborasi antara kepala sekolah, guru, praktisi, dan
komunitas menjadi kunci sukses implementasi Kelas Konten Kreator AI. Ini
menunjukkan bahwa ketika sekolah memberi ruang bagi kreativitas, maka
keterbatasan bukan menjadi penghalang, melainkan pemicu lahirnya
terobosan-terobosan besar.
Kisah sukses SMK Muhammadiyah 2 Cepu adalah bukti bahwa sekolah di daerah
pun bisa menjadi pelopor inovasi nasional. Dengan semangat belajar, kolaborasi
lintas pihak, dan keberanian untuk mengambil langkah pertama, sekolah mampu
mencetak sejarah baru dalam dunia pendidikan Indonesia. Terlebih menjelang
diberlakukannya kurikulum 2025/2026, inisiatif semacam ini sangat penting untuk
mempercepat proses adaptasi, menyemai budaya teknologi, dan menciptakan lulusan
yang tidak hanya cerdas, tetapi juga relevan dengan zaman.
Pada akhirnya, Kelas Konten Kreator AI bukan sekadar pelatihan. Ia adalah
simbol pergeseran paradigma pendidikan: dari pembelajaran pasif ke eksplorasi
aktif, dari teori ke praktik, dari konsumsi informasi ke produksi pengetahuan.
Ini adalah langkah awal yang menjanjikan, dan semoga menjadi inspirasi bagi
lebih banyak sekolah untuk berani berinovasi dan membekali siswanya dengan
keterampilan abad ke-21.
SMK Muhammadiyah 2 Cepu telah menunjukkan bahwa perubahan besar bisa
dimulai dari ruang kecil—asal ada niat, semangat, dan keberanian untuk
bergerak. Masa depan pendidikan Indonesia ada di tangan sekolah-sekolah seperti
ini, yang tak menunggu perubahan, tapi menciptakannya sendiri.
Penulis : Joko Mulyono, S.Pd,
Guru Listrik SMK Muhammadiyah 2 Cepu